Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku "Pig Butchering Scam" Pakai Link Palsu untuk Jebak Korban

Kompas.com - 12/10/2022, 09:00 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang wanita berusia 35 tahun berinisial "AA" mengaku bahwa dirinya telah terjebak penipuan dengan skema pig butchering di dunia maya.

Secara harfiah, pig butchering dapat diartikan sebagai "potong babi". Metode ini berasal dari istilah para peternak yang menggemukkan babi-babinya sebelum disembelih.

Pelaku scam atau penipuan seolah menggemukkan "babi" alias korban dengan iming-iming keuntungan. Setelah mendapat untung dan korban terbuai, pelaku kemudian "menyembelih" dengan cara menguras harta korban.

Berbincang dengan KompasTekno, AA mengaku bahwa awalnya ia dihubungi oleh seorang tak dikenal melalui Direct Message (DM) di Instagram.

Kisah penipuan dengan skema pig butchering yang dialami AA bisa dibaca melalui tautan berikut ini.

Meski AA sebenarnya waspada, pelaku yang melakukan rekayasa sosial (social engineering) dapat membuat AA percaya dan terbuai dengan jerat pelaku.

Baca juga: Pig Butchering, Modus Penipuan Investasi Kripto Mirip “Tinder Swindler di Netflix

AA awalnya ditawari investasi cryptocurrency di sebuah platform yang belakangan diketahui bodong.

Platform tersebut diberikan pelaku melalui sebuah link. Berdasarkan pengakuan AA, link yang diberikan merupakan link aplikasi yang tidak ada di Google Play Store. Sehingga, saat dicari di toko aplikasi resmi, aplikasi tersebut tidak akan ditemukan.

AA pun tertarik, tetapi memilih mengurungkan niatnya karena berkaca dari pengalaman suaminya yang pernah rugi akibat investasi kripto.

Hari demi hari berlalu, pelaku yang merupakan pria asal Korea itu masih kekeuh mengajak AA untuk investasi kripto. Sampai satu titik, AA tak nyaman dan meminta orang Korea itu untuk tidak menghubunginya lagi.

Namun, pria Korea itu masih ngotot dan malah membujuk AA untuk membuka platform investasi kripto bodong yang disiapkannya.

"Coba deh, kamu buka dulu ini link bitmartch.net. Coba kamu tap ini, tap ini, daftarin nomor KTP dan e-mail. Coba aja masukin 200 dollar AS," kata AA mengingat-ingat arahan dari si orang Korea yang masih terekam jelas di ingatannya.

Link tersebut bakal mengarahkan pengguna untuk mengisi data, seperti e-mail, kata sandi (password), serta beberapa tahapan verifikasi lainnya.

"Aku tuh ngikutin aja maunya dia. Padahal, itu kondisinya sudah hampir tengah malam waktu itu," kata AA menceritakan dirinya bak dihipnotis dan mengikuti semua arahan si orang Korea itu.

Di saat itu pula, AA mendaftarkan akun di platform investasi bodong bitmartch.net. Ia pun memasukkan uang investasi senilai 200 dollar AS untuk kali pertama.

Ketika melakukan transfer, AA diarahkan untuk mengirim uang investasinya ke rekening bank asal atas nama orang Indonesia. Ia pun curiga mengingat platform tersebut adalah platform internasional.

Baca juga: Penipuan “Pig Butchering” Rugikan Pria Ini hingga Miliaran Rupiah

"Kata si orang Korea, rekening itu adalah perwakilan Bitmartch yang ada di Indonesia. Dan aku bodohnya ngikut aja gitu apa kata dia. Malam itu juga, aku top up 200 dollar AS, cuman sekitar Rp 3 jutaan waktu itu," kenang AA.

Tak disangka, bermula dari investasi 200 dollar AS, AA tergiur untuk menginvestasikan uangnya lebih banyak lagi. Bahkan sampai rela menggadaikan mobilnya, menjual perhiasannya, hingga berutang ke orang lain.

Hal itu dilakukan AA karena termakan bujuk rayu si orang Korea dengan investasi kripto yang mendatangkan keuntungan rata-rata 3-8 persen untuk setiap kali transaksi.

Setelah percaya investasinya mendatangkan keuntungan, AA pun dipaksa untuk mencairkan sejumlah asetnya di bitmartch.net.

Ini merupakan modus selanjutnya yang dilakukan penipu untuk menciptakan seolah-olah platform investasi tersebut terpercaya. Sehingga, korban seperti AA mau menaruh investasi yang banyak, dan yakin bahwa uang investasinya dapat dicairkan sewaktu-waktu.

Meyakini platform investasi itu legit alias sah, ditambah tergiur dengan keuntungan besar, AA pun menjual perhiasannya senilai Rp 15 juta.

Singkat cerita, keuntungan tersebut hanya salah satu cara penipu untuk membuat AA tertarik mentransfer lebih banyak uang. Bahkan, pengakuan AA, ia sampai kehilangan ratusan juta rupiah.

Setelah kehilangan uang ratusan juta rupiah dan membuatnya tersiksa secara psikis, AA baru mengetahui bahwa platform bitmartch.net itu merupakan platform bodong yang meniru platform crypto exchange bitmart.com.

Sebab, AA hanya bisa login ke akunnya lewat link yang diberikan oleh si orang Korea itu di awal dengan URL https://www.bitmartch.net.

Di toko aplikasi Google Play Store, ada aplikasi bernama "Bitmart: Buy Bitcoin & Crypto" dari pengembang GBM Foundation Compani. Aplikasi trading mata uang kripto ini memiliki total download lebih dari 1 juta kali.

Namun, ketika aplikasi tersebut diinstal, AA tidak bisa melakukan login akun dan password yang biasa ia gunakan di platform bitmartch.net.

Baca juga: Waspada Modus Penipuan “Pig Butchering Scam”, dari Bertanya Harta hingga Minta Empati

Di titik inilah AA baru menyadari bahwa ia menginvestasikan seluruh uangnya di platform bodong, yang menyaru sebagai platform trading layaknya Bitmart. Hal ini bisa juga terjadi pada platform crypto exchange lain, seperti Indodax dan Binance.

AA mengaku bahwa ia telah rugi secara materiil hingga hampir 37.000 USDT atau setara 37.000 dollar AS (kira-kira Rp 565,7 juta). Seluruh uang ini merupakan modal yang AA masukkan ke platform bodong bitmartch.net dalam waktu tiga minggu saja.

Penipu, dalam hal ini, akan membangun citra dirinya sebagai “seorang ahli”. Penipu bakal memandu korban selama proses pengisian data, berapa uang yang diinvestasikan, kapan kondisi pasar yang bagus untuk berinvestasi atau tidak.

Sehingga,hal tersebut membuat “ketergantungan”, korban tidak akan berani mengambil keputusan apa pun jika hal itu tidak direkomendasikan oleh penipu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com