Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Penipuan Modus Undangan Pernikahan di WhatsApp, Bisa Curi OTP dan Kuras Rekening Korban

Kompas.com - Diperbarui 30/01/2023, 09:31 WIB
Lely Maulida,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada modus baru yang dilakukan para penipu online. Kali ini, mereka melakukan penipuan dengan cara mengirim undangan pernikahan digital. Praktik tersebut mulai ramai di Indonesia.

Penipu online tersebut mengirim undangan pernikahan digital melalui WhatsApp atau WA. Alih-alih menampilkan rincian undangan, tautan yang yang dikirimkan melalui WhatsApp itu mengarahkan pengguna ke sebuah aplikasi dengan format APK.

Jika diklik atau diinstal, aplikasi itu akan mencuri informasi pribadi pengguna sehingga memungkinkan penipu untuk membobol rekening pribadi korban.

Derasmus Kenlopo, warga Kelurahan Naimata, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi salah satu korban dari praktik penipuan online dengan modus tersebut. Akibatnya, ia kehilangan uang Rp 14 juta.

Baca juga: Waspada Penipuan Kripto Pig Butchering Scam, Begini Cara Mengenalinya

"Uang saya Rp 14 juta dalam rekening, sekarang hanya tersisa Rp 25.000," kata Derasmus dikutip dari Kompas.com.

Menurut Derasmus, uang itu lenyap setelah ia mengeklik undangan pernikahan yang diterima lewat pesan WhatsApp.

Pakai file APK untuk mencuri kode OTP

Menurut pengamat keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya, aplikasi APK yang dikirim sebagai "undangan pernikahan digital" itulah yang berbahaya.

Jika diklik, "undangan digital" itu bisa mencuri kredensial One Time Password (OTP) dari perangkat korban.

Mekanismenya, ketika aplikasi tersebut diinstal, biasanya muncul beberapa peringatan dari sistem ponsel yang akan mengonfirmasi apakah pengguna yakin akan menginstal aplikasi itu.

Sebab, aplikasi dengan format APK adalah aplikasi dari luar toko aplikasi resmi seperti Play Store maupun App Store, sehingga tidak disarankan karena dapat berpotensi berbahaya.

Selanjutnya, akan muncul peringatan bahwa aplikasi APK meminta akses ke berbagai data, seperti SMS, media dan lain sebagainya.

Bila beberapa peringatan itu diabaikan dan proses instalasi aplikasi terus berjalan, maka aplikasi APK itu akan mendapatkan akses ke SMS, termasuk membaca kode OTP dari pihak bank yang biasanya dikirimkan melalui SMS.

Berdasarkan penjelasan Alfons, rangkaian proses di atas sebenarnya tidak cukup untuk mengakses akun mobile banking korban. Pasalnya, dibutuhkan banyak data seperti ID pengguna, password mobile banking, PIN persetujuan transaksi hingga OTP.

Adapun aplikasi APK seperti dijelaskan di atas hanya bisa mengakses kode OTP saja. Lantas dari mana penipu mendapatkan data lainnya?

Menurut Alfons, penipuan online dengan modus undangan digital kemungkinan masih berkaitan dengan kasus phising pada pertengahan tahun 2022. Saat itu, marak penipuan tentang kenaikan biaya transfer bank hingga Rp 150.000.

Mereka yang tidak setuju dengan kenaikan tersebut diminta untuk mengisi formulir.

Data dari form inilah yang dimanfaatkan penipu dalam kasus penipuan online dengan modus undangan digital. Dengan kata lain, kredensial bank dari sejumlah pengguna sudah bocor ke tangan penipu.

"Pada aksi phishing sebelumnya pada pertengahan tahun 2022, banyak korban pengguna m-banking yang tertipu dan memberikan kredensial m-banking kepada penipu karena diancam akan dikenai biaya transfer bulanan Rp. 150.000," kata Alfons kepada KompasTekno, Sabtu (28/1/2023).

Baca juga: 7 Cara Mudah Mengenali Situs Web Palsu agar Terhindar dari Scam

ilustrasi serangan siber. Ilustrasi serangan peretasan dan disinformasi.The Verge/ Alex Castro ilustrasi serangan siber. Ilustrasi serangan peretasan dan disinformasi.
Sumber data lainnya menurut Alfons kemungkinan dari kebocoran sistem penyelenggara m-banking sehingga kredensial bank pengguna sampai ke penipu.

"Kemungkinan kedua, pengelolaan dan pengamanan data kredensial dari penyelenggara m-banking kurang baik, sehingga kredensialnya bisa bocor dan jatuh ke tangan penipu," ujar Alfons.

Kemungkinan lainnya adalah para penipu saling berbagi data kredensial bank yang sudah didapat sebelumnya.

Dari sejumlah data itu, bila digabungkan dengan data OTP yang diperoleh melalui aplikasi APK, maka penipu bisa mendapatkan akses ke rekening pengguna melalui m-banking dan menguras uang di dalamnya.

Tips mengamankan data bank

Bila Anda termasuk salah satu pengguna yang merasa mengisi formulir kasus phising bermodus kenaikan biaya transfer bank, maka dapat diasumsikan bahwa data kredensial bank Anda sudah bocor.

Nah, untuk mencegah risiko lebih lanjut, Alfons menyarankan masyarakat agar segera mengganti password dan PIN persetujuan transaksi m-banking. Anda juga bisa mengganti akun atau memilih penyedia m-banking yang berbeda agar lebih yakin data Anda aman dari phising sebelumnya.

"Jika Anda masih ragu (ganti password), pertimbangkan untuk mengganti akun m-banking atau memilih penyedia m-banking yang memberikan pengamanan lebih baik," kata Alfons.

Adapun untuk pihak penyedia m-banking, Alfons menyarankan agar menerapkan verifikasi "What You Have" untuk perpindahan akun m-banking ke ponsel baru atau nomor ponsel baru. Dengan kata lain, pihak bank perlu memverifikasi kartu ATM, KTP asli, hingga fisik pemilik rekening, alih-alih hanya User ID, Password, PIN persetujuan transaksi dan kode OTP.

Alfons juga menyarankan pemerintah dan lembaga keuangan terkait untuk menentukan standar pengamanan transaksi keuangan digital yang ketat termasuk untuk m-banking, agar tidak mudah dieksploitasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com