KOMPAS.com - ChatGPT tengah naik daun. Chatbot AI (artificial intelligence/kecerdasan buatanc) dari OpenAI itu bisa menjawab berbagai pertanyaan pengguna secara luwes, tak seperti chatbot pada umumnya.
Popularitas ChatGPT turut membuat topik conversational AI (model bahasa kecerdasan buatan untuk percakapan) menjadi topik yang paling hangat saat ini. Sejumlah perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Meta, dan Microsoft juga belakangan mulai gencar mengumumkan inisiatif terbarunya di bidang AI.
Namun, Chief Evangelist Google sekaligus orang yang dijuluki "Bapak Internet" karena ikut merancang beberapa arsitektur yang digunakan untuk membangun pondasi internet, Vint Cerf mewanti-wanti untuk tidak terpesona dengan popularitas yang didapatkan ChatGPT.
Baca juga: Mengenal OpenAI, Perusahaan di Balik ChatGPT yang Elon Musk Pernah Ikut Terlibat
Cerf juga dengan tegas bilang meminta para eksekutif perusahaan untuk jangan terburu-buru melakukan kesepakatan bisnis pada bidang AI untuk percakapan, hanya karena topik tersebut sedang "panas" di industri teknologi.
Musababnya, menurut Cerf, chat berbasis AI, termasuk ChatGPT yang tengah naik daun masih memiliki masalah etik. Salah satunya adalah soal ketidakakuratan.
"Masalahnya, Anda tidak dapat membedakan antara respons yang diungkapkan dengan fasih dan respons yang akurat," kata Cerf.
Cerf mencontohkan, ketika dia meminta chatbot untuk memberikan biografi tentang dirinya. Dia mengatakan bot menyajikan jawabannya sebagai faktual, namun masih mengandung ketidakakuratan.
Senada dengan Cerf, Chairman Alphabet, induk Google, John Hennessy juga mengatakan bahwa sistem percakapan berbasis AI itu memiliki banyak masalah dengan ketidakakuratan.
Hennessy bahkan dengan tegas berpendapat bahwa conversational AI masih jauh untuk digunakan secara luas karena memiliki "toksisitas" yang masih perlu diselesaikan, bahkan sebelum menguji produk pada publik seperti yang dilakukan ChatGPT versi beta.
Baca juga: Cek Hoaks di WhatsApp lewat Chatbot Kalimasada, Begini Caranya
Pada akhirnya, menurut Bapak Internet, insinyur seperti dirinya harus bertanggung jawab untuk "menjinakkan" teknologi chatbot berbasis AI ini sehingga memiliki risiko sekecil mungkin, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNBC, Kamis (16/2/2023).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.