Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah "Subscriber" Jadi Momok Kreator Konten Berkembang

Kompas.com - 25/11/2021, 12:02 WIB
Bill Clinten,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Di platform berbagi video YouTube, tak bisa dimungkiri bahwa kanal yang memiliki jumlah pelanggan (subscriber) banyak akan lebih mudah menarik penonton dibanding mereka yang memiliki subscriber sedikit.

Hal ini pun diakui oleh juara pertama ajang kompetisi memasak populer MasterChef Indonesia Season 8, Jesselyn Lauwreen, yang juga memiliki kanal YouTube dengan nama yang sama. 

Menurut dia, jumlah subscriber saat ini memang masih menjadi momok bagi para kreator untuk berkembang. Di YouTube, Jesselyn sendiri saat ini memiliki sekitar 62.900 subscribers.

"Pastinya (masih menjadi momok), kami sebagai alumni MasterChef juga kebanyakan larinya ke YouTube, jadi memang kalau misalnya disebut kompetisinya berat atau tidak, itu sangat berat," kata Jesselyn kepada KompasTekno dalam sebuah acara virtual, Rabu (24/11/2021).

Baca juga: YouTube Pangkas Syarat Jumlah Subscriber untuk Akses Fitur Community

Meski sudah dikenal masyarakat, Jesselyn tak menampik bahwa para YouTuber pemula seperti dirinya akan kesulitan untuk mengikuti jejak YouTuber lainnya, terutama di kategori yang sama yaitu makanan dan memasak, apabila dilihat dari jumlah subscriber.

Pasalnya, orang-orang biasanya bakal langsung menuju ke video yang diunggah oleh kanal yang memiliki subscriber lebih banyak, bukan ke kanal dengan subscriber sedikit, lantaran memang sudah memiliki "jam terbang" yang cukup banyak.

"Kalau memang benar-benar berkompetisi dan menjadi sama dengan mereka (subscriber banyak), itu lumayan susah, karena orang-orang memang tahunya (kanal) itu-itu saja," kata Jesselyn.

"Kanal mereka (subscriber banyak) juga sudah lengkap di YouTube, dan resep (masakan) apa pun sudah ada," imbuh Jesselyn.

Menjadi berbeda

Jesselyn jadi juara di MasterChef Indonesia Season 8.Instagram/@jesselyn.mci8 Jesselyn jadi juara di MasterChef Indonesia Season 8.

Meski jumlah subscriber masih menjadi suatu hal yang bisa menghambat perkembangan kanal, Jesselyn mengatakan, ia memiliki solusi atas hal tersebut, yaitu menjadi kanal yang unik dan berbeda dari yang lainnya.

Baca juga: Pendiri YouTube Protes Jumlah Dislike Disembunyikan

Hal ini tentunya bertujuan supaya para penonton disajikan dengan hal-hal atau konsep video yang belum pernah mereka lihat sebelumnya di kanal-kanal YouTube populer.

"Jadi mungkin kita harus menyampaikan (sesuatu) dalam video dengan konsep berbeda, atau mungkin kita menunjukkan karakter yang unik, sehingga tidak ada yang ikut-ikutan lagi (monoton)," kata Jesselyn.

Di samping jumlah subscriber, pembuatan konsep dan teknis pengambilan video juga masih menjadi hambatan bagi YouTuber lainnya untuk berkembang, salah satunya adalah Eko Saputra Poceratu.

Eko memiliki kanal YouTube yang biasanya membuat video-video yang berisikan puisi buatannya sendiri.

"Tantangan yang saya alami itu adalah saya belum bisa mengeksekusi konsep video yang mumpuni, serta menguasai teknis video, dan memiliki fasilitas alat perekaman, karena sejauh ini saya harus meminjam dari teman dan jadwal perekaman mengikuti waktu mereka," kata Eko dalam kesempatan yang sama. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com