Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng, CISA, ATD
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

kolom

Bagaimana Perkembangan Mutakhir Aplikasi ICT? (Bagian I)

Kompas.com - 07/11/2023, 09:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HARI-hari ini, terutama setelah aneka gawai yang dimotori smartphone marak di Indonesia sejak 2008 lalu, adalah hari-hari ketika aplikasi ponsel cerdas menjadi detak hidup kita.

Nyaris sejak kita bangun tidur hingga akan tidur malam, smartphone application adalah bagian tak terpisahkan.

Riset Gartner menyebutkan, penduduk dunia telah adiktif pada superapps (aplikasi solusi all in one yang dirancang khusus untuk mobile apps).

Sedikitnya ada 15 popular superapps di seluruh dunia, yang telah diunduh sebanyak lebih dari 4,6 miliar kali di seluruh dunia dengan jumlah pengguna aktif mencapai kisaran 2,68 miliar per bulan.

Tahun 2027 nanti, diperkirakan lebih dari 50 persen penduduk dunia (atau lebih dari 3,5 miliar orang) akan menjadi pengguna aktif harian superapps.

Hal ini wajar mengingat tingginya penetrasi smartphone dan tuntutan simplifikasi dari masyarakat, maka pengguna menuntut tidak download banyak aplikasi untuk menjalankan fungsi yang berbeda-beda.

Fenomena ini dapat kita lihat dengan jelas di dua superapps terpopuler di dunia, yakni WeChat dan Grab.

WeChat, yang berasal dari China, semula hanya merupakan apps khusus berkomunikasi (messaging), namun kini merambah ke shopping, pesan antar makanan, booking perjalanan, dan lainnya.

Sementara itu, Grab, superapp dari Malaysia, dengan 187 juta pengguna dan 25 juta transaksi per bulan, awalnya hanya digunakan untuk memesan transportasi daring. Namun saat ini di sejumlah negara memungkinkan pengguna untuk dapat melakukan reservasi hotel, membeli tiket bioskop, hingga pinjaman komersial.

Semua ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari evolusi internet. Penulis melihat, pada awal kemunculannya, pada 1990-an merupakan era Internet of Data di mana internet digunakan untuk memudahkan orang mencari sejumlah data dari mana saja.

Kemudian pada 2000-an, berkembang menjadi Internet of People, yaitu menyambungkan banyak orang yang tersebar jauh melalui akses gaya hidup digital. Hingga pada 2010-an, muncul konsep Internet of Things yang bahkan menghubungkan mesin dengan manusia.

Seiring dengan memasukin tahun 2020-an hingga sekarang, terutama dipicu pandemi Corona, lahirlah konsep Internet of Place yang menghubungkan orang, ruang, dan benda dalam ranah digital disertai kepemilikan virtual-nya.

Sebagai salah satu contohnya, lahirlah kerjasama antara dua raksasa teknologi dunia, Microsoft dan Meta, yang berkolaborasi dengan Accenture dalam pengembangan Enterprise Metaverse.

Meta bekerja sama dengan Microsoft untuk membawa perangkat produktivitas ke Meta Quest Device dan Meta Work Experiences.

Termasuk di dalamnya adalah pengalaman immersive meeting Microsoft Team menggunakan Meta Quest, Microsoft 365 app experiences for Quest, Microsoft Teams/workrooms integration, Meta avatars di Microsoft Teams, serta Microsoft Intune & Azure Active Directory support for Quest.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com