Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
kolom

Anomali Digital Itu Bernama Facebook

Kompas.com - 17/02/2016, 05:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan anomali-anomali digital. Airbnb adalah penyedia akomodasi dan properti terbesar di dunia yang tidak punya satu hotel atau properti apapun. Dia hanya punya platform di mana orang yang punya hotel atau rumah untuk disewakan bisa berkomunikasi dengan calon penggunanya di seluruh dunia. Kompasiana sebagai portal media warga terbesar di Indonesia dengan dua juta artikel di dalamnya, tidak punya wartawan atau penulis. Kompasiana adalah platform di mana setiap warga bisa memajang berbagai jenis tulisan karyanya sendiri.

Masih banyak anomali digital lainnya. Anomali itu juga menyasar para penemu sekaligus pemiliknya. Jeff Bezos, juragan toko buku elektronik Amazon, yang bukan berlatar belakang wartawan tiba-tiba bisa menjadi pemilik The Washington Post, koran sepuh berpengaruh di Amerika Serikat “hanya” dengan membelinya seharga 250 juta dollar atau sekitar Rp3,2 triliun, itupun konon tidak sengaja. Bandingkan dengan juragan Facebook Zuckerberg yang membeli aplikasi messenger Whatsapp seharga Rp223 triliun!

Jonah Peretti adalah jebolan mahasiswa teknik yang kini boss Buzzfeed, koran digital hasil kurasi konten berbagai situs online. Meskipun punya situs yang kini banyak digandrungi itu, Peretti bukan berlatar belakang wartawan dan bukan pual seorang editor. Ia hanya jago IT dan menawarkan platform di mana para curator bekerja mengkurasi konten dari berbagai situs yang bekerjasa sama dengannya, kemudian menyajikannya dengan kemasan baru yang lebih readable dan friendly users.

Apakah kemudian anomali itu terjadi pada media lawas yang bukan digital, dalam hal ini media massa cetak dan elektronik seperti koran, majalah, radio dan televisi? Sayangnya itu tidak terjadi, tetapi mungkin hanya semacam kebetulan atau “keajaiban”, bukan sebuah anomali  sebagaimana terjadi di dunia digital.

Contoh di India dan China yang mengalami “keajaiban kertas” di mana di dua negara itu sering dikatakan koran kertas belum menunjukkan penurunan, bahkan ada kecenderungan naik. Tentu ini disertai upaya kreatif para pengelolanya, seperti di India, misalnya, yang bekerja sama dengan pemerintah atau perusahaan tertentu.

Di Indonesia, koran-koran daerah bertahan dengan kue belanja iklan pemerintah daerah, sehingga pemasukan bisa tetap terjaga dan tidak harus dipusingkan dengan oplah yang terjual. Harian Kompas, tetap bertahan dengan kontennya yang terpercaya, meskipun ada yang menganggap telah mulai memasuki “senjakala” juga. Karena anomali tidak terjadi, maka media shifting dianggap bukan prioritas utama.

Instant Articles

Tahun 2010 lalu majalah digital Wired menurunkan artikel berjudul “The Web Is Dead, Long Live the Internet” yang ditulis Chris Anderson dan Michael Wolfe. Artikel tersebut mengindikasikan bahwa sebentar lagi web yang digerakkan oleh Internet itu akan menemui ajal dengan semakin merangseknya berbagai aplikasi di berbagai platform sistem operasi.

Asumsinya sederhana, orang tidak lagi harus mengetik www.kompas.com hanya untuk membaca berita di web tersebut, tetapi cukup ke aplikasi Android atau iOS dan langsung pijit icon aplikasi situs berita tersebut.  Nyatanya, web tetap ada dan orang masih tetap mengingat alamat atau domain situs tersebut berikut penyebutan “www” dan “dotcom”-nya meskipun telah tersedia aplikasinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com