TikTok yang beroperasi secara global berusaha membedakan diri dari aplikasi "kembarannya" di China bernama Douyin. Kedua aplikasi tersebut bernaung di bawah perusahaan induk yang sama, yakni ByteDance.
TikTok beberapa kali mengklaim bahwa mereka tidak membagikan data pengguna kepada Pemerintah China.
Baca juga: Benarkah TikTok Mengirim Data Penggunanya ke China?
Pada September tahun lalu, jumlah pengguna TikTok di Hong Kong juga terus berkembang dan telah mencapai 150.000. Kemungkinan angka itu meningkat saat ini seiring popularitas TikTok secara global.
Selain TikTok, sejumlah perusahaan teknologi asal Amerika Serikat juga menghentikan layanannya di Hong Kong setelah aturan ini berlaku. Mereka adalah Facebook, Twitter, Telegram, dan Google.
Ketiga platform ini menolak untuk memberikan data pengguna merek kepada Pemerintah China.
"Hari Rabu lalu, ketika undang-undang ini berlaku, kami menghentikan sementara produksi pada setiap permintaan data baru dari otoritas Hong Kong dan kami akan terus meninjau rincian undang-undang baru ini," kata perwakilan Google, dirangkum dari Recode.
Hal senada juga dikatakan masing-masing dari perwakilan Facebook, Twitter, dan Telegram.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.