Karena pandemi Covid-19, di mana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimbau kegiatan belajar mengajar dari rumah, banyak siswa-siswi di berbagai daerah di Indonesia sulit mendapat akses internet.
Seperti yang terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta, di mana 70 persen siswa sekolah dasar mengalami kendala internet maupun perangkat untuk mengaksesnya. Di Pamekasan, salah satu sekolah bahkan memilih menggunakan handy talkie atau HT karena sulitnya sinyal internet.
Guru-guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Ulum 2, Dusun Montor, Desa Teja Barat, Pamekasan memanfaatkan jaringan radio bantuan dari Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Pamekasan.
Tidak cuma perkara sinyal internet. Kuota dan perangkat saja belum tentu semua orang bisa mendapatkannya. Seperti dialami Dimas Ibnu Alias, siswa SMPN 1 Rembang, Jawa Tengah yang nekat sekolah sendirian di kelas karena tidak memiliki smartphone seperti teman-temannya.
Setiap hari, Dimas selalu diantar ke sekolah oleh sang Ibu yang bekerja sebagai buruh pengeringan ikan. Selesai belajar, dia pulang dengan diantar wali kelasnya sampai di rumah.
Di Lampung, seorang siswa bernama Jonathan rela berjualan pempek demi membeli kuota internet setiap hari untuk belajar daring. Di tengah kesulitan-kesulitan itu memang banyak dermawan yang menggalang dana untuk menyumbangkan smartphone atau kuota internet atau WiFi gratis.
Namun tetap saja, masalah akses internet yang sulit dan masih banyaknya penduduk yang tidak memiliki perangkat yang memadai, menjadi PR (pekerjaan rumah) besar bagi pemerintah.
Tahun lalu, pemerintah meresmikan Palapa Ring, proyek backbone sistem telekomunikasi nasional yang sudah dicanangkan sejak tahun 2005 dan sempat terbengkalai bertahun-tahun.
Palapa Ring diproyeksikan menjadi tulang punggung sistem telekomunikasi nasional dengan membangun serat optik sepanjang 36.000 kilometer dari barat ke timur Indonesia.
Jaringan Palapa Ring mengintegrasikan jaringan yang sudah ada (existing network) dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring Timur). Pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dan Kominfo juga berencana meluncurkan satelit baru bernama Satria.
Satelit ini bertujuan untuk meratakan akses internet di seluruh Indoensia, termasuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) serta daerah perbatasan. Satelit Satria akan menjangkau 150.000 titik, mencakup Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku, Bali dan Nusa Tenggara, serta Jawa.
Rencananya, satelit Satria akan rampung pada tahun 2022 dan siap beroperasi pada tahun 2023. Tentu masih butuh perjuangan demi merealisasikannya, terlebih di situasi pandemi yang menggerogoti ekonomi global dan dalam negeri.
Namun, berpedoman dari salah satu kata-kata terkenal Soekarno, "tidak ada satu negara yang benar-benar hidup jika tidak ada seperti kuali yang mendidih dan terbakar, dan jika tidak ada benturan keyakinan di dalamnya".
Dirgahayu Republik Indonesia. Indonesia Maju.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.