Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Super WiFi untuk Daerah 3T Perlu Persiapan Khusus

Kompas.com - 30/09/2020, 12:41 WIB
Putri Zakia Salsabila ,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rencana pemanfaatan Super WiFi untuk menanggulangi kesenjangan akses teknologi di kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia dinilai perlu dipersiapkan khusus.

Pengamat telekomunikasi, Nonot Harsono, mengatakan, pemerintah harus bisa memastikan keterjangkauan backhaul dari tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, hingga setiap rumah terdistribusi dengan baik.

Backhaul adalah jaringan penghubung antara jaringan utama (backbone) dengan pemancar seperti BTS.

Nonot juga mengatakan, wilayah 3T di Indonesia memiliki jarak antar-rumah yang cukup jauh satu sama lain.

"Jadi yang harus diteliti, sesuai atau tidak penerapan Super WiFi ini dengan di lapangan? Bukan soal Super WiFi-nya, tetapi backhaul-nya itu yang dipertanyakan," ujar Nonot.

Nonot menuturkan bahwa jarak antar-kampung desa di wilayah 3T bisa sekitar 200 km hingga 300 km antardesa. Rumah-rumah pun jaraknya berjauhan, dan tak sedikit desa yang hanya terdiri dari beberapa rumah.

Baca juga: Kominfo Siapkan Internet Gratis Super WiFi, Apa Itu?

Nonot juga mempertanyakan ketersediaan Super WiFi yang disiapkan pemerintah dengan daya beli penduduk terhadap perangkat teknologi.

Nonot menyarankan, apabila untuk menyamaratakan kesenjangan teknologi, lebih baik pemerintah juga memberikan subsidi gadget atau perangkat teknologi bagi para penduduk yang tidak mampu membeli gadget.

Secara garis besar, Nonot mengungkapkan, terdapat dua langkah besar yang perlu dipertimbangkan pemerintah.

Langkah pertama, menurut Nonot, adalah memastikan aksesnya terlebih dulu dan memastikan bahwa Super WiFi ini adalah motif pemberdayaan atau motif bisnis.

"Kedua, adalah pertimbangan utilisasi atau pemanfaatan. Apabila pemerintah menyediakan Super WiFi, tetapi masyarakat tidak memiliki gadget," kata Nonot.

Ia juga mengatakan, jika rencana pemanfaatan Super WiFi ini tidak rinci, investasinya terancam sia-sia.

"Sebaiknya harus detail sekali, sampai rencana pemanfaatan hingga rencana menggratiskan layanan," lanjut Nonot.

Berbeda halnya dengan Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M Edward.

Baca juga: Jangan Salah Arti, Ini Bedanya Jaringan 5G dengan WiFi 5G

Menurut Ian, salah satu hal yang harus dipersiapkan dalam pemanfaatan Super WiFi ini adalah persiapan SDM.

Ia mengatakan bahwa pemerintah perlu melibatkan SMK ataupun Dinas Kominfo setempat untuk operasional dan membangun ekosistem agar utilisasinya tinggi dan bermanfaat.

"Jangka waktu pasang WiFi relatif cepat, bisa orde hari, tetapi yang perlu dipertimbangkan pemerintah adalah SDM setempat yang perlu dilatih," ujar Ian saat dihubungi Kompas Tekno, Selasa (29/9/2020).

Ian menyebutkan bahwa Super WiFi memiliki beberapa kelebihan khusus yang dinilai sangat tepat untuk wilayah 3T.

Dengan teknologi ini, sinyal WiFi akan lebih kuat serta bisa menjangkau wilayah yang lebih besar untuk digunakan di setiap perangkat.

Super WiFi juga dinilai memiliki kapasitas koneksi yang lebih besar dibandingkan WiFi biasa.

WiFi biasa paling tidak hanya mampu mencakup 20 perangkat yang terkoneksi, sedangkan Super WiFi bisa mencapai lebih dari 200 perangkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com