Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Jaringan Kabel Bawah Laut, Jalan Tol Internet Dunia

Kompas.com - 03/10/2020, 19:03 WIB
Bill Clinten,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Dari situ, jaringan kabel bawah tanah ini akan mentransmisikan data terlebih dahulu ke menara penerima sinyal (cell tower) atau base transceiver station (BTS) terdekat.

Setelah itu, data akan kembali ditransmisikan dan disebarkan ke perangkat wireless yang meminta koneksi internet.

Bakal "mampir" ke darat

Tak selamanya di bawah laut, aneka kabel ini bakal dinaikkan ke permukaan dan "mampir" pada satu titik di suatu kawasan atau negara. Titik ini biasa dijuluki dengan landing points.

Kabel bawah laut AAG sendiri, yang panjangnya mencapai 20.000 km, memiliki sejumlah landing points yang berada di luar wilayah Indonesia (daftarnya bisa dilihat di tautan berikut) dan memiliki kapasitas transmisi data maksimum hingga 1,92 TB per detik.

Baca juga: Telkom Pastikan Jaringan IndiHome Tidak Terganggu Kabel Laut yang Putus

Berikut ilustrasi panjang kabel AAG yang menghubungkan beberapa negara Asia dengan Amerika Serikat, dengan titik landing points yang diwakili dengan lingkaran berwarna putih.

Lantas, apakah kabel bawah laut AAG yang diperbaiki bisa memengaruhi layanan internet di Indonesia?

Indonesia andalkan AAG?

Johar Alam Rangkuti, Chairman Internet Data Center (IDC) Indonesia mengatakan bahwa sekitar 90 persen trafik internet di Indonesia masih mengandalkan kabel bawah laut SeaMeWe-3, bukan AAG.

Sehingga, pemerliharaan kemarin seharusnya tidak begitu berpengaruh terhadap layanan internet di Indonesia. Ilustrasi jalur kabel bawah laut SeaMeWe-3 bisa disimak di gambar berikut.

Ilustrasi kabel bawah laut SeaMeWe-3 yang menghubungkan Indonesia dengan beberapa negara di Asia. Sekitar 90 persen internet di Indonesia mengandalkan kabel bawah laut ini.Submarinecablemap.com Ilustrasi kabel bawah laut SeaMeWe-3 yang menghubungkan Indonesia dengan beberapa negara di Asia. Sekitar 90 persen internet di Indonesia mengandalkan kabel bawah laut ini.

Adapun kabel bawah laut AAG, lanjut Johar, belum aktif dipakai untuk mentransmisikan layanan internet di Indonesia, meski PT Telkom Indonesia dan PT Indosat Tbk merupakan anggota konsorsium AAG.

"AAG sebenarnya belum aktif di Indonesia, 90 persen trafik kita masih menggunakan SeaMeWe-3," jelas Johar ketika dihubungi KompasTekno, Selasa (30/9/2020) lalu.

SeaMeWe-3 sendiri diketahui merupakan kabel optik bawah laut yang menghubungkan kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa Barat yang pembangunannya diketuai oleh France Telecom dan China Telecom, serta diadministrasikan oleh Singtel.

Menurut Johar, AAG belum diberdayakan di Indonesia karena masih terkendala sistem administrasi dan teknis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com