Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER TEKNO] Dewa Kipas Vs. GothamChess, Bantuan Kuota Belajar, hingga "Ulang Tahun" Corona di Indonesia

Kompas.com - 06/03/2021, 12:34 WIB
Bill Clinten,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Karena berbagai serangan itu, Levy alias GothamChess langsung mengunci akun-akun media sosialnya, seperti Instagram dan Twitter.

Tapi, seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma. Ada berbagai celah pula yang bisa disusupi oleh netizen +62, salah satunya melalui komentar YouTube.

Di sana, banyak warganet yang melontarkan kekesalannya di berbagai video teranyar unggahan kanal GothamChess. Duh...

Jadi teringat kejadian Microsoft...

Kelakuan warganet Tanah Air ini rasanya menjadi cerminan dari riset Microsoft tentang Digital Civility Index (DCI), yang mengukur tingkat kesopanan pegguna internet di dunia maya.

Baca juga: Tingkat Kesopanan Orang Indonesia di Internet Paling Buruk Se-Asia Tenggara

Dalam laporan yang dirilis beberapa waktu lalu itu, indeks kesopanan pengguna internet Indonesia dinilai rendah di tingkat global, di mana warganet Tanah Air menempati urutan ke-29 dari 32 negara.

"Berkat" riset tersebut, akun media sosial Microsoft langsung menjadi bulan-bulanan warganet, yang mewarnai kolom komentar dengan beragam kata umpatan dan ungkapan negatif.

Bahkan, Microsoft sampai menutup kolom komentar di akun Instagramnya. Diduga kuat, hal itu dipicu oleh respons dan sikap netizen yang bisa dibilang "galak" tadi.

Bantuan kuota internet gratis

Warganet Indonesia mungkin saja tak senang apabila diusik, namun mereka kemungkinan bahagia apabila tahu bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ini bakal melanjutkan prohram bantuan kuota internet gratis untuk belajar online. 

Yes, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memastikan bahwa pemerintah akan melanjutkan program pembagian kuota belajar gratis kepada siswa dan guru, dengan alokasi terbesar 15 GB untuk mahasiswa dan dosen.

Kabar baiknya, kuota belajar khusus untuk mengakses aneka aplikasi pembelajaran yang sempat disediakan pada periode sebelumnya dihilangkan. Jadi, sekarang penerima subsidi akan menerima kuota utama aja.

Yay, bisa dipake di semua situs dong?

Ilustrasi belajar dari rumah.DOK. SHUTTERSTOCK Ilustrasi belajar dari rumah.

Eits, tak semudah itu, Ferguso! Meski yang disalurkan hanya kuota utama, namun Nadiem bilang paket internet dari Kemendikbud gak bakal bisa dipakai untuk mengakses media sosial macam Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok, serta berbagai layanan game online.

Sisi baiknya, kuota ini bisa dipake untuk nonton YouTube. Jadi, kalau kalian doyan nge-YouTube, kalian pasti bakal senang banget sama kabar ini. Eh, di YouTube juga ada pelajaran sekolah yang bisa disimak loh..

Tapi, ada syarat lain lagi....

Duh, syarat apalagi nih? Kata Nadiem, kalian yang sudah mendapatkan kuota gratis di periode sebelumnya, tapi pemakaiannya tidak lebih dari 1 GB, kalian termasuk siswa/guru yang gak bakal dapat subsidi kuota gratis di tahun ini.

Baca juga: Bantuan Internet Kemendikbud, Besaran Kuota hingga Cara Lapor Jika Ganti Nomor

Tapi, bagi kalian yang belum pernah menerima subsidi, atau sudah ganti nomor ponsel, kalian masih bisa mendapatkan kuota gratis dengan menghubungi instansi atau sekolah yang menaungi kalian.

Nah, subsidi kuota internet gratis sendiri rencananya bakal dibagikan mulai bulan Maret ini selama tiga bulan ke depan. Sedangkan, bagi yang belum pernah menerima atau nomornya diganti bakal mendapatkan benefit yang sama pada bulan April. 

Happy Birthday, korona! Eh?

Ilustrasi dilanda rasa bosan saat work from home (WFH) (Dok. Shutterstock/AsianDelight) Ilustrasi dilanda rasa bosan saat work from home (WFH)

Terkait bulan Maret, masih ingat gak kasus pertama Covid-19 di Indonesia yang terjadi pada awal Maret 2020 lalu?

Yes, bulan ini udah genap satu tahun pandemi Covid-19 menemani kita di Indonesia. Gak kerasa, kan?

Kalau diperhatiin, selama setahun ini kegiatan kita perlahan semakin bergeser ke ranah digital, karena emang dianjurkan gak boleh ke mana-mana.

Bahkan, menurut World Economic Forum (WEF), pergeseran kebiasaan baru (new normal) di era pandemi ini memicu sejumlah tren yang makin marak diadopsi oleh konsumen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com