Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Sisi Lain Merger Indosat – Tri

Kompas.com - 20/09/2021, 13:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh:
Moch S Hendrowijono
Mantan wartawan Kompas, Pengamat Telekomunikasi dan Transportasi

Bergabungnya Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia menjadi topik menarik akhir pekan lalu. Aksi korporasi yang bernilai 6 miliar dollar AS (sekitar hampir Rp 85,5 triliun) ini akan mengubah peta persaingan telekomunikasi, dengan berkurangnya jumlah operator dari enam (Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Tri, Smartfren dan Net1) menjadi lima.

Merger keduanya kelihatannya akan menutup kesempatan merger bagi dua atau tiga operator tersisa, paling tidak bagi XL Axiata dan Smartfren. Keduanya sudah kalah oleh kelihaian Tri, posisi tawar mereka tiba-tiba jadi rendah.

Ini bukan pertama Hutchison 3 Indonesia mengajak merger Indosat. Dekade lalu, pernah ada pendekatan antar-keduanya ketika Dirut Indosat dijabat Alexander Rusli, tapi gagal. “Mereka mintanya terlalu tinggi,” kata Alex.

Setelah itu, 2019, Tri berupaya mendekati Smartfren, tidak ada kelanjutan dan dengan XL Axiata pun pada 2020, tidak ada kata sepakat. Jodohnya Lie Ka-shing, pemilik jaringan Hutchison di dua belahan dunia, memang dengan Ooredoo yang uangnya “tidak berseri.”

Indosat Ooredoo punya 60,3 juta pelanggan, Tri punya 44 juta pelanggan, berharap jumlah pelanggan perusahaan hasil merger menjadi 104 juta. Pendapatannya pun diprediksi akan menjadi Rp 42,8 triliun.

Laporan keuangan Indosat Ooredoo semester pertama 2021, pendapatan hampir Rp 15 triliun dengan laba Rp 1,03 triliun, naik dari pendapatan semester sama tahun 2020 yang Rp 13,45 triliun tetapi rugi Rp 62,77 miliar. Sementara 3 pendapatan tahun lalu mencapai sekitar Rp 7 triliun.

Adopsi anak yatim

Ada beberapa catatan yang perlu, dengan merger itu, sambil melihat apa yang pernah terjadi ketika Axis dicaplok XL Axiata tahun 2014.

Menjelang akuisisi, karyawan Axis di-PHK, namun diberi kesempatan untuk melamar ke XL Axiata dan lebih dari separuh karyawan Axis melamar. Kini kabar mengatakan, ex-Axis tinggal 5 sampai 10 orang saja.

Masalahnya, ketika dua perusahaan dengan bisnis yang sama lalu merger, akan terjadi duplikasi, kelebihan tenaga yang signifikan di segala sisinya, baik teknologi maupun back office-nya, terutama pemasaran dan penjualan.

Yang satu menganggap yang lain bodoh karena cara penanganannya beda, suasana kerja sangat berbeda, tekanan psikologis sebagai pendatang “yang dianggap akan melahap rezeki” tuan rumah, membuat banyak yang merasa kurang nyaman.

Kalau diibaratkan layanan penerbangan, Indosat Ooredoo adalah layanan penuh, sementara Tri seperti LCC (low cost carrier) yang 90 persen pelanggannya adalah anak muda, sangat sensitif pada tarif. Dari lima operator yang ada setelah merger, yang masih menjalankan LCC hanyalah Smartfren dengan berbagai kemurahan mirip dengan Tri.

Seperti pada kasus XL-Axis, pelanggan-pelanggan yang kecewa akan jadi rebutan operator lain. Pindah ke Telkomsel, agak mustahil, sebab tarif Telkomsel relatif paling mahal.

Pindah ke XL Axiata nyaris sama saja. Menjadi pertanyaan kemudian, angka pelanggan gabungan yang dikatakan menjadi 104 juta, mungkin hanya akan menjadi 80-an juta saja. Siap-siap dan segera saja Smartfren bikin program adopsi anak yatim.

Namun bagaimanapun merger memberi keuntungan kepada pelanggan ex-Tri yang lalu bisa mengakses sinyal seluas Nusantara. Saat ini jaringan Indosat jauh lebih banyak dibanding Tri, di mana ada Tri pasti ada Indosat tetapi di mana ada Indosat belum tentu ada Tri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com