Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

kolom

Awas Keselamatan Penerbangan Turun

Kompas.com - 21/12/2021, 11:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jadi adanya pandemi tidak bisa menjadi permakluman bahwa keselamatan penerbangan boleh menurun. Dalam kondisi apapun, keselamatan penerbangan adalah hal yang utama.

Dengan demikian banyaknya kerusakan pesawat yang beroperasi yang menyebabkan kecelakaan penerbangan memang menimbulkan tanda tanya, kenapa pesawat itu boleh terbang? Apakah ada ketidakdisiplinan dari maskapai, atau kecerobohan dari inspektur?

Audit Internasional

Untuk mengetahui jawabannya, ada baiknya pemerintah Indonesia melakukan lagi audit keselamatan penerbangan. Audit keselamatan penerbangan yang paling kredibel tentu saja yang dilakukan oleh ICAO sebagai satu-satunya organisasi penerbangan sipil internasional di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

ICAO mempunyai sistem audit yang dinamakan Universal Safety Oversight Audit Program (USOAP) yang dilakukan pada 8 bidang yaitu terkait aturan (legislasi); struktur organisasi penerbangan (pemerintah); lisensi personil penerbangan; operasional pesawat; kelaikan pesawat; bandar udara; navigasi penerbangan; serta investigasi kecelakaan dan serius insiden penerbangan.

Hasil audit USOAP adalah nilai effective implementation (EI) di mana nilai rata-rata dunia adalah 60 persen. Indonesia telah beberapa kali melakukan USOAP yaitu di tahun 2014 dengan nilai 45 persen, tahun 2016 (51 persen) dan 2017 (80,34 persen).

Jika mengacu pada hasil audit tahun 2017, keselamatan Indonesia memang bisa dikatakan sudah di atas keselamatan penerbangan global. Pada tahun 2017 dan 2018, tren kecelakaan penerbangan nasional juga tidak berbeda jauh dengan tren global.

Namun tren kecelakaan pesawat itu meningkat pesat sejak tahun 2019 sampai sekarang. Untuk itu sudah saatnya pemerintah Indonesia melakukan USOAP lagi agar mengetahui secara persis, ada apa sebenarnya dengan keselamatan penerbangan Indonesia.

Apa penyakit di penerbangan Indonesia sehingga bisa dicari jalan pemecahannya dengan pedoman-pedoman yang benar dan sesuai.

Baca juga: Bisnis Perawatan Pesawat Bakal Moncer usai Covid-19

Pemerintah tidak perlu takut jika nanti ternyata nilai EI-nya turun dan lebih rendah dari rata-rata global. Justru hal itu bisa menjadi bahan koreksi dan memperbaiki diri dengan standar yang jelas, dan bukan dengan mengira-kira.

Jika nanti nilainya ternyata masih tetap di atas rata-rata, tentu itu juga akan menambah kepercayaan diri penerbangan nasional untuk menjaga keselamatan penerbangan. Bahkan bisa dijadikan promosi ke dunia internasional bahwa penerbangan Indonesia dalam kondisi yang baik-baik saja.

Perlu diingat bahwa keselamatan penerbangan menyangkut banyak nyawa manusia. Satu kecelakaan pesawat biasanya langsung merenggut banyak nyawa manusia.

Jika mengacu pada hasil penelitian dari asosiasi maskapai penerbangan nasional (INACA) bahwa penerbangan nasional akan mulai pulih dari hantaman pandemi Covid-19 pada tahun 2022 atau dalam hitungan hari saja.

Bayangkan jika saat penerbangan berkurang saja tren kecelakaan meningkat, bagaimana nanti jika penerbangan mulai bertambah?

Jika tidak segera ditangani serius, tentu ini ibarat berjudi dengan waktu. Jangan sampai nyawa penumpang pesawat Indonesia menjadi taruhannya. ***

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com