KOMPAS.com - Dunia berduka setelah berpulangnya Ratu Elizabeth II pasa Kamis, (8/9) waktu Inggris. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 96 tahun.
Kesehatan ratu Inggris tersebut belakangan memang menurun, bahkan tim dokter kerajaan sebelumnya menyatakan bahwa Ratu Elizabeth II harus tetap berada di bawah pengawasan medis hingga akhirnya tutup usia.
“Sang Ratu meninggal dengan tenang di Balmoral sore ini,” demikian pernyataan Istana Buckingham, mengonfirmasi kepulangan ratu Inggris.
Ratu Elizabeth II tercatat sebagai penguasa terlama dalam sejarah Inggris. Dikutip dari BBC, Ratu Elizabeth II naik takhta pada usia 25, tepatnya pada tahun 1952. Ia sekaligus menjadi saksi perubahan sosial yang sangat besar di sepanjang hidupnya.
Baca juga: Ucapan Duka untuk Ratu Elizabeth II Mengalir dari Bos-bos Teknologi
Terlepas dari usianya termasuk stereotipe tentang wanita seumurannya, Ratu Elizabeth II merupakan sosok yang paham akan teknologi bahkan antusias pada perkembangan teknologi. Berbagai momen juga menunjukkan bagaimana peranan Ratu Elizabeth II dalam perkembangan teknologi internet.
Misalnya pada tahun 1976, ratu Inggris itu mengirimkan email pertamanya ketika berkunjung ke lembaga penelitian ilmiah, Royal Signals and Radar Establishment di Malvern, Inggris. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari pengembangan awal ARPANET, cikal bakal internet global saat ini.
Selain menjadi pengguna awal email, ia juga meluncurkan situs web keluarga kerajaan versi pertama pada tahun 1997. Situs ini bahkan sudah ada sebelum media-media mainstream setempat beralih ke media online.
Tak hanya dua contoh tersebut, masih ada sejumlah peran Ratu Elizabeth II yang berkaitan dengan bidang teknologi di sepanjang hidupnya, yang menunjukkan bahwa ia akrab dengan teknologi dan melek internet.
Pada tahun 1940, ratu Inggris yang saat itu masih menjabat sebagai Putri Elizabeth melakukan siaran radio bersama BBC. Ia berbicara tentang anak-anak Persemakmuran dengan saudaranya Margaret. Saat itu itu meyakinkan anak-anak bahwa kondisi akan baik-baik saja di tengah perang, dan mengumumkan bahwa banyak anak-anak sudah di evakuasi.
Aktivitas ini kemudian didengar oleh warga Inggris, Australia dan Kanada, sehingga banyak anak dikirimkan untuk dievakuasi. Cara ini kemudian mendorong negara lain untuk melakukan hal serupa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.