Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merek Twitter Bakal Hilang di Aplikasi?

Kompas.com - 06/06/2023, 19:10 WIB
Caroline Saskia,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Logo Twitter punya bentuk yang identik, yaitu logo burung “Larry Bird” berwarna biru. Logo tersebut mudah dikenali dan sudah digunakan perusahaan sejak pertama kali diperkenalkan ke publik pada 2006 lalu.

Kendati begitu, logo burung biru tersebut tampaknya bakal segera menghilang dari platform. Setidaknya, begitulah menurut prediksi dari beberapa orang di internet. Perubahan logo konon akan diganti dengan huruf “X".

Jika prediksi ini tepat, berubahnya logo Twitter menjadi “X” bakal sejalan dengan rencana CEO Twitter, Elon Musk beberapa waktu lalu.

Baca juga: Twitter Inc. Sudah Tak Ada Lagi, Diganti X Corp.

Musk berencana mengubah Twitter menjadi aplikasi serba ada bernama X. Ia mengumbar rencana tersebut lewat cuitan di Twitter pada Oktober 2022 lalu.

Walau rencana perombakan tersebut belum diumbar lebih lanjut hingga sekarang, perubahan Twitter menjadi X terlihat semakin jelas. Beberapa bulan lalu, nama perusahaan Twitter diganti dari Twitter, Inc. menjadi X.Corp..

Kemudian, saat menunjuk Linda Yaccarino sebagai CEO baru Twitter, Musk sempat menyinggung X, aplikasi segalanya. Ia berharap dapat bekerja sama dengan Yaccarino untuk segera mengubah Twitter menjadi aplikasi X.

“Menantikan kerja sama bersama Linda untuk mengubah platform ini (Twitter” menjadi X, aplikasi segala yang ada,” tulis Musk.

Dalam kesempatan yang berbeda, Musk dan beberapa pekerja Twitter mengirim cuitan yang sama. Pada Kamis (1/6/2023) kemarin, salah seorang desainer Twitter, Andrea Conway mengirim twit huruf “X” menggunakan akun pribadinya dengan handle @ehikian.

Sehari setelahnya, Jumat (2/6/2023), Musk mengunggah kicauan serupa. Twit tersebut juga mencantumkan huruf “X” saja.

Baca juga: Logo Burung Twitter Larry Bird Dilelang, Laku Rp 1,5 Miliar

Menanggapi hal tersebut, sejumlah warganet pun mulai mengirimkan opini dan dugaan mereka terkait perubahan Twitter menjadi X.

Bagi yang belum tahu, konsep super app (X) bikinan Musk ini sejatinya mirip dengan aplikasi WeChat yang ada di China.

Aplikasi tersebut menawarkan sejumlah layanan dalam satu platform yang sama, seperti layanan pengiriman pesan (messaging), alat pembayaran, pesan-antar makanan, dan juga ridesharing.

Namun, sejauh ini aplikasi X diyakini bakal menawarkan layanan pembayaran dalam konten streaming, berfokus pada konten video, hingga beberapa fitur lainnya, seperti daftar pekerjaan, aplikasi kencan, dan sebagainya, seperti yang dikutip KompasTekno dari Social Media Today, Senin (5/6/2023).

Asal usul nama “X”

Elon Musk beli Twitter.ZUMA PRESS/ADRIEN FILLON via DW INDONESIA Elon Musk beli Twitter.

Konsep nama “X” pertama kali dikenalkan Musk pada 1999 lalu. Nama tersebut mulai dikenal publik ketika Musk meluncurkan perusahaan rintisan digital (startup) perbankan online bernama X.com.

Kemudian, X.com di-merger oleh startup keuangan lainnya bernama Confinity. Gabungan kedua perusahaan pun melahirkan nama baru, yaitu Paypal, layanan pembayaran online asal AS yang kini cukup populer di sebagian kalangan.

Usut punya usut, perubahan nama PayPal dilakukan setelah Musk dikeluarkan sebagai CEO perusahaan merger yang baru. Dari laporan yang beredar, terdapat perselisihan dan perbedaan cara pandang dalam mengelola bisnis, salah satunya memperdebatkan nama perusahaan yang baru.

Musk dilaporkan bersikukuh bahwa gabungan dari kedua perusahaan harus menggunakan nama X.com, sedangkan pihak lainnya menolak mengadopsi nama tersebut. Alhasil, Musk dipecat dari perusahaan dan merger kedua perusahaan mengadopsi nama PayPal.

Menurut Musk, PayPal menjadi layanan yang mampu memenuhi setengah visi dari platform pembayaran dan transaksi online yang ingin ia bangun.

Baca juga: Profil Linda Yaccarino, CEO Twitter Baru Pengganti Elon Musk

Visi Musk membangun aplikasi X adalah memfasilitasi penggunaan uang dan peluang bisnis yang lebih luas, seperti menawarkan jenis transaksi apapun yang dibutuhkan pengguna.

Maka dari itu, konsep aplikasi X yang diusung oleh Musk cukup serupa dengan WeChat. WeChat punya peran penting bagi masyarakat di China. Aplikasi tersebut dapat melakukan pembayaran, membeli makanan, tiket kereta, dan masih banyak lagi.

Kecanggihan dari aplikasi itu pun mendorong sejumlah pebisnis Barat memiliki ambisi serupa untuk menciptakan platform seperti WeChat. Walau banyak yang gagal, Musk jadi salah satu orang yang masih mempertahankan mimpinya mewujudkan X.com sebagai WeChat versi Barat.

Ambisi tersebut bisa dilihat dari upayanya yang ingin mengubah platform Twitter menjadi aplikasi segalanya. Kendati begitu, masih terlalu cepat untuk menilai apakah itu langkah yang baik atau tidak. Dikarenakan ada berbagai macam faktor yang harus dipertimbangkan.

Merujuk pada perusahaan yang kerap mengadopsi bisnis serupa, Meta, perusahaan induk WhatsApp ini juga berencana memperluas fitur aplikasi dengan menawarkan layanan pembayaran online kepada pengguna, khususnya di wilayah India dan Indonesia.

Walau hal tersebut dinilai dapat meningkatkan layanan transaksi di masa mendatang, Meta masih harus melakukan sejumlah penyesuaian, menarik kepercayaan publik, dan berjuang meminta persetujuan dari pemerintah India.

Ringkasnya, rencana Musk membangun aplikasi segalanya ini punya risiko cukup besar dan belum ada kejelasan apakah aplikasi ini bakal sukses atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com