Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Gen Z Rela Bergaji Kecil asal Bisa WFA dan Sehat Mental

Kompas.com - Diperbarui 24/10/2023, 09:28 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pekerja rela mendapatkan gaji lebih kecil demi bisa kerja fleksibel dan sehat mental.

Generasi Z (Gen Z kelahiran 1997-2012) menjadi kalangan usia pekerja yang rela menerima gaji penurunan gaji paling besar dibandingkan generasi Y/Millenials (1981-1996), Gen X (1965-1980), dan Baby Boomers (1946-1964).

Hal tersebut terungkap dalam riset terbaru bertajuk "Work Relationship Index" yang diungkap Hewlett-Packard (HP) dalam salah satu sesi konferensi di acara South by Southwest (SXSW) Sydney 2023.

Ini pertama kalinya HP memublikasi riset terkait hubungan pekerjaan dan pekerja dengan melibatkan 15.624 responden dari 12 negara, termasuk Indonesia. Survei dilakukan pada 9 Juni sampai 10 Juli 2023.

Baca juga: 5 Hal Berikut Efektif Dongkrak Produktivitas Selama WFA, Bisa Dicoba!

"Alasan riset ini diinisiasi adalah karena cara kerja kita sudah berubah pasca-pandemi dengan adanya kerja hybrid, bahkan kerja di mana saja (WFA), sehingga ekspektasi dan hubungan kita dengan pekerjaan kita juga berubah," kata Country Manager HP New Zealand Oliver (Ollie) Hill.

Country Manager HP New Zealand Oliver (Ollie) Hill merinci temuan riset bertajuk Work Relationship Index di salah satu sesi acara SXSW Sydney 2023. Riset ini mengungkap hubungan pekerja dan pekerjaan dan bagaimana pekerja rela mendapatkan gaji lebih kecil demi hubungan dengan pekerjaan yang lebih sehat.KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto Country Manager HP New Zealand Oliver (Ollie) Hill merinci temuan riset bertajuk Work Relationship Index di salah satu sesi acara SXSW Sydney 2023. Riset ini mengungkap hubungan pekerja dan pekerjaan dan bagaimana pekerja rela mendapatkan gaji lebih kecil demi hubungan dengan pekerjaan yang lebih sehat.
Country Manager HP New Zealand Oliver (Ollie) Hill mengatakan bahwa salah satu temuan umum dari riset ini adalah hubungan kita dengan pekerja yang tidak sehat. Berdasarkan riset, secara umum hanya sepertiga atau sekitar 27 persen responden yang memiliki hubungan yang sehat dengan pekerjaannya.

Faktanya, mayoritas (76 persen) orang yang memiliki hubungan kerja yang tidak sehat mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan mereka saat ini.

Sementara bila dilihat dari per negara, pekerja yang paling sedikit memiliki hubungan sehat dengan pekerjaan adalah Jepang, di angka 5 persen.

Di Indonesia, 38 persen pekerja asal Indonesia memiliki hubungan yang sehat dengan pekerjaan. Dari jumlah ini, 77 persen responden asal Tanah Air mengaku sedang mempertimbangkan untuk resign alias keluar dari kantornya.

Responden yang tidak memiliki hubungan sehat dengan pekerjaannya juga cenderung tak produktif, tak merasa terikat dengan pekerjaan dan perusahaan, serta melakukan hal minimum untuk tetap dalam performa yang baik.

Baca juga: Gen Z Amerika Pilih Jadi Influencer dan Rela Resign dari Pekerjaan

"Hubungan kita dengan pekerjaan sedang mengalami ketegangan. Dampak dari tekanan tersebut sangat signifikan, baik dalam hal kesejahteraan fisik, mental, dan produktivitas organisasi," kata Ollie.

Adapun pengaruh hubungan pekerjaan yang tidak sehat dengan kesehatan fisik pekerja meliputi:

  • Makan lebih banyak makanan tidak sehat
  • Tidak terlalu sering berolahraga
  • Tidak bisa tidur nyenyak
  • Bertambah berat badan

Sementara hubungan pekerjaan yang tidak sehat dengan kesehatan mental atau emosional pekerja meliputi:

  • Mengalami masalah kesehatan mental (mental health). Masalah mental health ini berdampak pada aspek lain kehidupan mereka, dengan 45 persen menyatakan bahwa hubungan pribadi mereka dengan teman dan keluarga terganggu, dan lebih dari separuh (59 persen) terlalu lelah untuk mengejar minat pribadi mereka.
  • Merasa gagal dalam hidup
  • Self-esteem (rasa harga diri) menurun
  • Merasa seakan-akan kehilangan jati diri
  • Merasa terisolasi

Riset HP - Work Relationship Index menemukan, hanya 27 persen responden yang memiliki hubungan baik dengan pekerjaannya. Sebanyak 83 persen responden legowo mendapatkan gaji yang lebih kecil, asalkan perusahaan tempatnya bekerja memperbolehkan WFA.KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto Riset HP - Work Relationship Index menemukan, hanya 27 persen responden yang memiliki hubungan baik dengan pekerjaannya. Sebanyak 83 persen responden legowo mendapatkan gaji yang lebih kecil, asalkan perusahaan tempatnya bekerja memperbolehkan WFA.
Riset HP menemukan, pekerja rela mendapatkan gaji yang lebih kecil di tempat lain demi bisa terhindar dampak di atas, terutama sehat mental.

Dari hasil riset HP Work Relationship Index, 83 persen pekerja rela menerima gaji lebih kecil, asalkan hubungan dengan pekerjaannya sehat. Salah satu indikator yang mendorong terciptanya hubungan sehat dengan pekerjaan adalah fleksibilitas terkait tempat dan waktu bekerja.

Baca juga: Geser Media, TikTok Jadi Sumber Mencari Berita Para Gen-Z

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com