KOMPAS.com - Penggunaan aplikasi Tiktok menjadi tren dan fenomena yang menarik di awal 2020. Aplikasi berbagi video singkat itu digunakan secara masif dan dibagikan ke berbagai media sosial lain.
Dalam aplikasi Tiktok, pengguna dapat melakukan joget yang unik dan kreatif dengan audio/musik khas Tiktok. Tak jarang, para penggunanya pun membagikan hasil video mereka ke berbagai platform media sosial lainnya.
Akibatnya pengguna Facebook, Instagram, dan Twitter juga terpapar video-video TikTok tadi.
Peningkatan engagement pengguna Tiktok dan jumlah unduhannya yang melampaui Facebook pada 2019 lalu, memberikan daya tarik kepada para industri teknologi lain.
Tak lama berselang, aplikasi video perulangan lainnya pun bermunculan untuk mencoba peruntungan.
Baca juga: Di Balik Fenomena Ramainya TikTok di Indonesia
Aplikasi-aplikasi itu seperti Byte yang diremake dari Vine, Reels yang dibuat oleh Instagram, Tangi yang dibuat oleh Google, Dubsmash dan aplikasi sejenis lainnya.
1.Byte
Byte Adalah salah satu aplikasi video pendek yang dikembangkan berdasar aplikasi Vine. Masih ingat dengan Vine? Layanan berbagi video enam detikan itu dibeli Twitter pada 2012, lalu disetop layanannya pada 2017 lalu.
Kala itu, Twitter menyetop fitur video Vine di aplikasinya, karena kalah bersaing dengan jumlah pengguna Instagram dan Snapchat. Kini, para pendiri Vine merilis ulang aplikasi tersebut secara mandiri (di luar Twitter), dengan nama Byte.
Kabarnya, layanan ini tetap menjadi media sosial berbagi video singkat enam detik. Pihak Byte juga mengklaim, jika para penggunanya yang menyukai Vine akan mudah menyukai Byte ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.