Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri Signal Tidak Sarankan Pengguna Berhenti Pakai WhatsApp

Kompas.com - 18/01/2021, 12:08 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aplikasi Signal mendadak naik daun di tengah kontroversi pembaruan kebijakan privasi WhatsApp. Bahkan, beberapa orang secara terbuka mengatakan pindah ke aplikasi Signal dan meninggalkan WhatsApp.

Akan tetapi, pendiri Signal yang juga merupakan pendiri WhatsApp, Brian Acton, justru tidak mengatakan bahwa orang-orang harus meninggalkan WhatsApp.

Sebaliknya, dia mengatakan Signal adalah pilihan. Ia pun membayangkan orang-orang menggunakan Signal untuk percakapan dengan keluarga dan teman dekat mereka, dan WhatsApp digunakan untuk chat lainnya.

Namun, di sisi lain, Acton juga berujar tidak akan meniru apa yang dilakukan WhatsApp ke penggunanya.

"Saya tidak memiliki keinginan untuk melakukan semua hal yang dilakukan WhatsApp. Keinginan saya adalah memberikan orang pilihan", kata Acton dalam wawancara dengan Tech Crunch.

Baca juga: Tinggalkan WhatsApp, Lebih Baik Pilih Signal atau Telegram?

Jika tidak ada pilihan, lanjut Acton, pengguna akan terjebak di kebijakan tersebut. Untuk diketahui, awal Januari lalu, WhatsApp menggelontorkan pengumuman kepada pengguna bahwa mereka akan membagikan data dengan induk perusahaan, Facebook.

Kebijakan ini harus disetujui atau jika tidak, akun pengguna tidak bisa digunakan lagi tanggal 8 Februari.

Baru-baru ini, WhatsApp mengundur pemberlakuan kebijakan menjadi 15 Mei dengan alasan banyak penggunanya yang bingung dan informasi simpang siur terkait perubahan kebijakannya.

Acton yang juga pendiri WhatsApp, menganggap "kebijakan" privasi baru yang diumumkan memang rumit. Acton mengatakan, WhatsApp sedang bergulat dengan keinginan menggabungkan fitur-fitur terkait monetisasi sambil tetap melindungi privasi.

"Kami juga senang ada pembicaraan tentang perivasi online dan keamanan digital, kemudian orang-orang pindah ke Signal sebagai jawaban," kata Acton.

Baca juga: Sikap Pengguna WhatsApp di Indonesia, Bertahan demi Stiker hingga Pindah Aplikasi

Dia mengatakan, model bisnis yang dilakukan Signal berbeda dengan WhatsApp. Signal akan mengandalkan pendapatan dari donasi untuk menjalankan bisnis, bukan dengan jalur monetisasi sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Tech Crunch, Senin (18/1/2021).

Untuk menjaga keseimbangan bisnis, Acton mengatakan Signal hanya memiliki staff kurang dari 50 orang. Acton, tidak menampik aplikasinya ketiban untung di tengah isu privasi yang menimpa WhatsApp.

Dia enggan menyebutkan seberapa besar pertumbuhan Signal paska perubahan kebijakan privasi WhatsApp. Namun dia mengatakan, Signal memuncaki daftar aplikasi poluler di Apps Store di 40 negara dan Play Store di 18 negara.

Menurut analisis firma riset Sensor Tower, Signal meraih 1,2 juta unduhan setelah WhatsApp mengumumkan kebijakan barunya tanggal 7 Januari lalu. Berbanding terbalik, jumlah unduhan WhatsApp yang cukup signifikan, yakni sebesar 11 persen di tujuh hari pertama tahun 2021.

Peringkat WhatsApp sebagai aplikasi populer juga menurun di Android maupun iOS. Bukan cuma Signal, Telegram juga mengalami peningkatan jumlah pengguna. Telegram mengklaim dalam 72 jam, ada 25 juta pengguna baru. Kini Telegram mengklaim memiliki lebih dari 525 juta pengguna aktif harian.

Baca juga: Pesan Berantai Ajak Pengguna WhatsApp Beralih ke Aplikasi Lain, Haruskah Diikuti?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com