Dalam situs resminya, Facebook mengatakan bahwa peta yang disuguhkan menggunakan kumpulan data publik untuk melindungi privasi masyarakat. Laporan ini tidak dimaksudkan untuk tujuan diagnostik atau panduan perjalanan dan wisata.
Baca juga: Fitur Baru, Aplikasi PeduliLindungi Bisa untuk Check-in di Bandara dengan QR Code
Mobilisasi masyarakat bisa dilihat pada menu "Perubahan dalam Pergerakan" dan "Persentase Orang Tetap di Tempat". Namun, saat mengecek untuk wilayah Indonesia, data tersebut tidak dapat dilihat.
Peta citra satelit bumi atau yang lebih dikenal sebagai "cahaya malam" sudah dirilis oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) AS sejak beberapa tahun lalu. Peta ini digunakan para peneliti maupun publik selama kurang lebih 25 tahun.
Baca juga: Aplikasi Android Pengukur Saturasi Oksigen, Bisakah Diandalkan?
Dengan peta ini, publik bisa melihat wilayah-wilayah mana yang rapat dengan gemerlap lampu, mengindikasikan kepadatan penduduk dan aktivitas masyarakat. Wilayah lain yang masih belum padat penduduk hingga belum berpenghuni juga bisa dipantau dengan peta ini.
Dirangkum dari situs NASA, peta cahaya malam terus dimutakhirkan dari waktu ke waktu. Sejak tahun 2011, Nasa dan mitranya menganalisis data cahaya malam dan mengembangkan software baru serta algoritma untuk membuat data lebih jelas, akurat, dan mudah diakses.
Belum diketahui bagaimana pemerintah Indonesia menggunakan tool dari NASA ini untuk memantau mobilitas masyarakat selama PPKM Darurat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.