Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Nyawer saat Live Streaming, Pengamat: Positif, Tapi…

Kompas.com - 26/07/2022, 11:00 WIB
Lely Maulida,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

"Kalau memang livenya bagus, mestinya platform yang memberikan apresiasi ke kreator," ujarnya.

Meski demikian, Hariqo tidak melarang apresiasi kreator dari penonton. Hanya saja, ia menilai bahwa apresiasi ke kreator utamanya berasal dari platform terkait.

Adapun untuk meminimalisasi konten live yang negatif, Hariqo menyebut platform digital sebaiknya memberikan edukasi sebagai upaya pencegahan, bukan edukasi yang dilakukan pasca-kejadian.

Alih-alih hanya edukasi dalam bentuk program, edukasi yang ditambah dalam bentuk kebijakan, dinilai Hariqo merupakan cara yang lebih baik.

Misalnya dengan membatasi penggunaan fitur live streaming untuk pengguna usia 17 tahun ke atas atau mengkhususkan fitur itu untuk kreator maupun pengguna yang mengajukan fitur tersebut.

"Pencegahan terbaik itu baiknya dengan kebijakan juga, bukan hanya edukasi. Misalnya untuk mengurangi penggunaan live streaming bagi konten berbahaya, anak-anak di usia 17 tahun ke bawah, nggak di kasih fasilitas live streaming. Atau siapa pun yang mau fitur itu, harus mengajukan," jelas Hariqo.

Konten challenge lucu sampai berbahaya

Di antara konten live streaming atau konten di media sosial yang terkadang ditampilkan kreator, yaitu challenge atau tantangan. Dalam konten ini, kreator mengajak atau menantang penonton untuk melakukan hal serupa.

Misalnya menirukan tarian yang sedang tren, memberikan donasi, menirukan gerakan olah raga, mengunggah foto lawas kemudian membandingkannya dengan potret saat ini dan tantangan yang menghibur lainnya.

Sayangnya, sejumlah tantangan terbilang negatif karena berdampak buruk bagi penonton bahkan sampai merenggut nyawa, khususnya tantangan yang dibuat oleh kreator atau pengguna lainnya, bukan terkait kampanye dari platform terkait.

Baca juga: Begini Cara TikTok Menangkal Challenge Berbahaya

Sebab, challenge dari platform terkait biasanya ditinjau terlebih dahulu oleh perusahaan.

Di antara contoh tantangan negatif di medsos seperti "blackout challenge" yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Tantangan ini mendorong pengguna mencekik diri memakai ikat pinggang, tali tas atau benda sejenis lainnya, dan menahan napas sampai pingsan.

Tantangan ini muncul sejak tahun 2008 dan kembali mencuat di medsos TikTok pada tahun 2021. Sepanjang tahun 2021, Blackout Challenge mengakibatkan sekitar 7 orang meninggal dunia.

Tantangan yang merenggut nyawa, sejauh ini memang tidak terjadi di Indonesia. Meski demikian, menurut Hariqo diperlukan kebijakan dari hulu untuk mencegah tantangan negatif tersebut marak di Indonesia.

Misalnya dengan memberikan kuesioner kepada pengguna ketika hendak membuat akun, salah satu poinnya menjelaskan bahwa "pengguna siap untuk tidak merugikan orang lain ketika melakukan sesuatu yang mendorong orang lain melakukannya".

Selain itu, platform maupun kreator yang mengajak penonton atau pengguna lain melakukan tantangan, sebaiknya menjelaskan ketentuan siapa saja yang bisa mengikuti tantangan tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com