Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perseteruan dengan ARM di Balik Chip Snapdragon Wear RISC-V dari Qualcomm

Kompas.com - 18/10/2023, 13:22 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Di sisi lain, dengan mengedepankan sifatnya yang terbuka, RISC-V memungkinkan berbagai pihak, mulai dari peneliti hingga startup, untuk ikut serta dalam pengembangan serta penjualan prosesor dengan arsitektur tersebut tanpa perlu membayar lisensi.

Menurut Qualcomm, keterbukaan ini adalah kunci kelebihan RISC-V dibanding arsitektur proprietary seperti ARM karena siapapun bisa mengkustomisasi rancangan prosesor sesuai kehendak.

Baca juga: ARM Umumkan Immortalis, Hadirkan Ray Tracing ala PC di Smartphone

"Core prosesor bisa dioptimalkan untuk tujuan yang paling Anda kejar, entah dari segi daya, kinerja, atau luas area fisik," ujar SVP Product Management Qualcomm, Ziad Asghar, dalam laman berisi penjelasan tentang potensi yang ditawarkan RISC-V.

Prosesor dengan arsitektur RISC-V pun fleksibel. Penerapannya luas dan bisa mencakup berbagai macam keperluan, mulai dari sensor gambar dengan AI, sekuriti, telekomunikasi 5G, hingga aplikasi machine learning.

Pemain besar industri mulai menjauhi ARM?

Qualcom sebenarnya adalah salah satu pelanggan terbesar ARM. Arsitektur prosesor ARM dari Arm Holdings banyak dipakai di produk-produk chip bikinannya.

Arm Holdings memang tidak membuat chip sendiri, melainkan hanya merancang prosesor ARM dan menjual desainnya ke pabrikan lain yang kemudian memakai rancangan tersebut di chip masing-masing, seperti Samsung Exynos, Apple M, dan Qualcomm Snapdragon.

Belakangan Qualcomm dan Arm Holdings menjadi tidak akur. Hubungan keduanya mulai bergejolak ketika Nvidia, pabrikan GPU yang kini menjadi kaya raya karena chip AI, hendak mengakuisisi Arm beberapa tahun lalu.

Baca juga: ARM Menggugat, Laptop dan Server Qualcomm Terancam

Pada Mei 2022, CEO Qualcomm menyatakan minatnya membeli saham di Arm atau sekalian mengakuisisi perusahaan tersebut. Beberapa bulan kemudian, Arm menggugat Qualcomm ke pengadilan dengan tuduhan menggunakan properti intelektualnya tanpa izin.

Kini, dengan mulai mengadopsi arsitektur RISC-V di produknya, Qualcomm dan pabrikan besar lain seperti Google, juga Samsung, mulai bergerak menjauhi Arm.

Apalagi, seperti yang dituduhkan balik oleh Qualcomm di gugatan hukum Arm, perusahaan Inggris yang dimiliki Softbank tersebut berniat memaksa para pabrikan chip agar hanya menggunakan rancangan buatannya saja di produk mereka dalam beberapa tahun ke depan.

Nantinya, menurut tudingan Qualcomm, para pabrikan chip hanya akan dibolehkan memakai komponen-komponen seperti CPU, GPU, dan pengolah AI yang dirancang oleh Arm saja di dalam produknya.

Baca juga: Batal, Akuisisi Rp 575 Triliun ARM oleh Nvidia

Dengan adanya dukungan pemain-pemain besar di industri teknologi untuk RISC-V, bukan tidak mungkin pengembangan produk chip dengan arsitektur ini bisa berlangsung cepat dalam waktu singkat sehingga meninggalkan ARM.

Meskipun begitu, layaknya Windows versus Linux, ARM memiliki kelebihan besar berupa dukungan ekosistem. Semua hal di industri mobile, mulai dari hardware, OS, hingga tool developer dikembangkan untuk ARM.

RISC-V masih ketinggalan dalam hal ini. Namun, Google selaku pemilik Android pada akhir tahun lalu telah menyatakan komitmen mendukung pengembangan RISC-V sehingga menjadi "platform tier-1" di Android, setara dengan ARM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com