Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah QR Code, Kode "Kotak-kotak" yang Terinspirasi dari Permainan Go Board

Kompas.com - Diperbarui 27/05/2024, 10:56 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Jika dilihat dari atas, papan Go yang dipenuhi oleh batu hitam dan putih memang sekilas mirip dengan QR code saat ini. Dari situ, Hara menggunakan pola deteksi posisi berupa tiga kotak hitam kecil di tiga sudut kotak.

Pola ini membentuk sudut siku-siku dari setiap orientasi pandang. Hara dan tim menggunakan rasio area hitam dan putih yang paling sedikit digunakan pada barang cetakan, yakni 1:1:3:1:1.

Ini menggambarkan rasio lebar area hitam dan putih dalam pola deteksi posisi. Dengan cara ini, orientasi kode dapat ditentukan terlepas dari sudut pemindaian, yang dapat berupa sudut mana pun, dengan mencari rasio unik ini. Desain inilah yang membuat Kode QR lebih mudah dan cepat dipindai oleh mesin/kamera.

Satu setengah tahun setelah proyek pengembangan dimulai dan setelah percobaan dan kesalahan yang tak terhitung banyaknya dan berulang-ulang, QR code akhirnya diperkenalkan pada 1994.

Kotak hitam putih dapat mewakili angka dari 0 hingga 9, huruf dari A hingga Z, atau karakter dalam aksara non-Latin seperti kanji Jepang.

Ketika itu, QR code mampu menyimpan informasi hingga Anda 4.296 karakter, termasuk 1.800 karakter kanji (satu halaman A4), atau 7.089 digit dalam satu Kode QR. Kode QR terlihat lebih rumit dan rumit saat pengguna menambahkan lebih banyak data ke dalamnya.

Kode ini tidak hanya dapat menyimpan banyak informasi, tetapi juga dapat dibaca 10 kali lebih cepat dibandingkan kode lainnya. Inilah mengapa teknologi ini dinamai Quick Response Code alias kode respons cepat.

Tak hanya itu, QR code dinilai juga lebih realiabel karena masih bisa berfungsi bahkan dengan kerusakan hingga 30 persen.

Baca juga: Mengenal Cara Kerja QR Code dan Alasan Punya Kode Kotak

2000 - QR code jadi standar global

Syarat memasuki tempat umum di Singapura dengan scan QR code Safe Entry.Dok. STB Syarat memasuki tempat umum di Singapura dengan scan QR code Safe Entry.
Setelah debut dan digunakan di industri otomotif Jepang, QR code akan menerima hampir semua sertifikasi standar industri utama di Jepang dan global (termasuk ISO).

Misalnya, QR code disetujui sebagai standar AIM (Automatic Identification Manufacturer) untuk digunakan dalam industri identifikasi otomatis.

Pada tahun 1999, kode QR disetujui sebagai kode 2D standar oleh Japan Industrial Standards. Tak hanya itu, kode QR juga dijadikan simbol 2D standar pada formulir transaksi standar EDI Asosiasi Produsen Otomotif Jepang.

Kemudian pada tahun 2000, QR code disetujui oleh ISO sebagai salah satu standar internasionalnya, sebagaimana dihimpun dari QRCode.com.

Ketika aturan penggunaannya ditetapkan dan kodenya distandardisasi, penggunaannya semakin menyebar di seluruh dunia dan di berbagai sektor kehidupan.

Salah satu yang mendorong QR code cepat berkembang dan banyak digunakan adalah karena teknologi ini bisa digunakan dan dimodifikasi secara bebas.

Denso wave memang memiliki memiliki hak paten atas QR code. Namun, pihak Denso Wave menghormati niat Masahiro Hara dan tim pengembang yang ingin agar Kode QR dapat digunakan oleh sebanyak mungkin orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com