Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Chris Hughes, Sosok Pendiri Sekaligus Penentang Facebook

Kompas.com - 26/11/2020, 20:35 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Sumber Forbes

Namun, upaya Hughes mengubah arah publikasi media ini membuat banyak staff redaksi yang akhirnya mengundurkan diri. Hughes akhirnya menjual The New Republic ke penerbit Oregon, Win McCormack pada tahun 2016 setelah merugi selama bertahun-tahun.

"Saya meremehkan kesulitan transisi dari media tradisional menjadi perusahaan media digital di dalam perubahan iklim yang berkembang pesat saat ini," aku Hughes ketika mengumumkan penjualan The New Republic kepada para karyawannya, dirangkum dari CNN.

Minta Facebook dipecah

Meski ikut serta mendirikan Facebook, belakangan Hughes berbalik menentang jejaring sosial yang kini sudah meraksasa itu.

Pada tahun 2019, Hughes menulis sebuah artikel opini yang dimuat di The New York Times. Dalam artikel tersebut, dia menuangkan pandangannya bahwa Facebook telah menjelma menjadi entitas yang terlalu powerful sehingga praktis memonopoli ranah media sosial. 

 Komisi Perdagangan AS (FTC) diminta untuk tegas menegakan undang-undang anti-pakat (anti-trust) untuk membatalkan akuisisi WhatsApp dan Instagram oleh Facebook.

“FTC seharusnya tak membolehkan merger ini (Whatsapp dan Instagram dengan Facebook), tapi belum terlambat untuk bertindak,” kata Hughes.

Baca juga: Pendiri Sebut Facebook Harus Dipecah, Ini Tanggapan Zuckerberg

Hingga kini, isu monopoli masih menghantui Facebook. Sebuah tim yang diketuai oleh Jaksa Agung New York, Letitia James, sedang menyiapkan pengajuan dakwaan antipakat terhadap Facebook yang akan didaftarkan pada awal Desember mendatang.

Hughes juga mengkritisi peluncuran mata uang digital Facebook, Libra, yang diperkenalkan tahun 2019. Dalam artikel opini yang dimuat di Financial Times, Hughes mengatakan bahwa Libra hanya akan membuat Facebook dan mitra Libra-nya, menjadi semakin berkuasa.

"Apa yang para penyokong Libra sebut sebagai "desentralisasi" sebenarnya adalah pergeseran kekuasaan dari bank sentral dunia ke perusahaan mulinasional, The Fed, dan bank sentral Eropa," tulis Hughes, dirangkum dari Mashable.

Advokasi "bantuan langsung tunai"

Saat ini, Hughes menjabat sebagai co-chair Economic Security Project (ESP), lembaga yang mengadvokasi pemerintah federal untuk membantu warga Amerika mendapatkan uang tunai tanpa syarat lewat program universal basic income atau pendapatan dasar universal.

Baca juga: Menyoal Akuisisi WhatsApp dan Instagram oleh Facebook pada 2014

Di Indonesia, program itu mirip dengan bantuan langsung tunai (BLT) yang diberikan pemerintah kepada masyarakat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Selain itu, Hughes kini sedang menempuh pendidikan master jurusan ekonomi di The New School for Social Research di New York, AS.

Tahun 2016, Hughes masuk urutan ke-28 sebagai orang Amerika terkaya di bawah usia 40 tahun oleh majalah Forbes. Kekayaannya ditaksir mencapai 430 juta dollar AS kala itu.

Selamat ulang tahun, Chris Hughes!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com