Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perjalanan Facebook, dari Kamar Asrama Menghubungkan Dunia

Kompas.com - 31/03/2021, 20:08 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Sembilan tahun setelah IPO, Facebook bertransformasi menjadi platform jejaring sosial raksasa dengan total kapitalisasi mencapai 827 miliar dollar AS per tanggal 15 Maret 2021, menurut data dari MacroTrends.

Untuk mengembangkan bisnisnya, Facebook kerap kali mengakuisisi perusahaan-perusahaan teknologi lainnya. Facebook tercatat pernah mengakuisisi pengumpul feed jejaring sosial bernama FriendFeed pada 2009.

Beberapa fitur yang ada di Facebook seperti tombol "like" dan pembaruan berita secara real-time, diketahui terinspirasi dari FriendFeed.

Salah satu akuisisi paling populer yang pernah dilakukan Facebook ialah ketika mengambil alih Instagram pada 2012. Facebook mmembeli ejaring sosial berbagi foto tersebut senilai satu miliar dollar AS, sehingga menjadi akuisisi termahalnya ketika itu.

Baca juga: Menyoal Akuisisi WhatsApp dan Instagram oleh Facebook pada 2014

Selain Instagram, akuisisi Facebook atas platform perpesanan instan WhatsApp juga menjadi akuisisi penting Facebook lainnya pada 2014 dengan nilai 22 miliar dollar AS.

Saat diambil alih Facebook, WhastApp telah memiliki 450 juta pengguna di seluruh dunia, dan terdapat satu juta pengguna baru tiap harinya.

Kini layanan instant messaging itu diperkirakan memiliki dua miliar pengguna yang berasal dari berbagai penjuru dunia, sementara Instagram mengumpulkan satu miliar pengguna.

Dinilai terlalu dominan

Akuisi Facebook atas Instagram dan WhatsApp yang telah dilakukan beberapa tahun silam ini belakangan memunculkan dugaan monopoli Facebook.Inc di industri media sosial.

Dugaan monopoli ini mengakibatkan masyarakat tidak punya banyak pilihan media sosial lain, selain yang berada di bawah naungan Facebook Inc.

Baca juga: Facebook dan Google Disebut Terlalu Kuat

Facebook sendiri telah membantah tuduhan itu dan mengeluarkan pernyataan secara publik bahwa akuisisi WhatsApp dan Instagram tidak melanggar aturan kompetisi.

"Kerajaan" media sosial pimpinan Zuckerberg ini kerap disebut terlalu dominan di ranah medsos dan harus diregulasi secara lebih ketat.


Bahkan Chris Hughes yang dulu mendirikan Facebook bersama Zuckerberg pun berbalik dan menuntut raksasa media sosial itu dipecah karena sudah terlalu powerful.

Baca juga: Pendiri Sebut Facebook Harus Dipecah, Ini Tanggapan Zuckerberg

Begitu berkuasanya Facebook sampai-sampai bisa mengubah nasib satu negara adidaya, yakni Amerika Serikat sendiri, dengan berperan memenangkan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS tahun 2016.

Walaupun, ketika itu Facebook kabarnya didompleng oleh pihak-pihak tertentu yang ingin memenangkan Trump dengan memanfaatkan algorima News Feed di jejaring sosial tersebut.

Salah satu pihak ini adalah Cambridge Analytica yang mencuri data pribadi puluhan juta pengguna Facebook dalam membangun profil untuk membidik para pemilih.

Aktivitas Cambridge Analytica baru diketahui pada 2018 dan langsung mencuatkan skandal kebocoran data pengguna Facebook. Zuckerberg kemudian harus bersaksi di hadapan anggota Kongres AS terkait skandal ini, sementara Facebook dijatuhi denda.

Baca juga: Facebook Didenda Rp 70 Triliun Akibat Skandal Cambridge Analytica

Hingga kini Facebook masih dibuat repot dengan berusaha memerangi misinformasi yang marak di jejaringnya. Salah satu yang banyak disorot adalah ketika Facebook dan Instagram menutup akun Donald Trump pada Januari lalu karena dinilai sudah kelewat menyesatkan.

Misi awal Facebook untuk menghubungkan orang-orang di seluruh dunia serta mendekatkan teman dan keluarga memang tak selamanya berjalan mulus. Niatan yang terkesan baik itu ternyata juga menimbulkan aneka efek negatif yang mungkin tak terpikirkan sebelumnya.

Ke depan, Facebook agaknya juga akan terus menjadi sorotan karena pengaruhnya yang luar biasa dengan menjangkau miliaran orang di muka bumi. Satu hal yang pasti, entah dampaknya baik atau buruk, Zuck dkk. berhasil menghubungkan dunia dari kamar asrama mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com