Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ardiyansah
Senior Business Analyst BINUS Digital

Digital Media Enthusiast

kolom

Jalan Tengah Polemik Kecerdasan Manusia Versus AI

Kompas.com - 07/06/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pun hal yang sama terjadi ketika kita memerintahkan Midjourney menghasilkan image. Hanya dengan menulis beberapa baris prompt, kita segera akan disuguhi beberapa alternatif "karya" berkualitas tinggi.

3. Trainable

AI Generatif dapat dilatih untuk mengamati, menganalisis, memprediksi dan menghasilkan ‘karya baru’ sesuai dengan kebutuhan.

Artinya, platform tersebut mendapatkan kemampuannya dari hasil mengumpulkan informasi dari berbagai macam sumber, memprediksi pola-pola tertentu, untuk kemudian merangkainya menjadi data baru yang "seolah-olah" kreatif.

Beberapa platform AI Generatif yang potensial menjadi raksasa masa depan di antaranya, ChatGPT, Dall-E, Stable Diffusion, Midjourney, Luma AI, Musicfy, Pictory, Runway, dan lain-lain.

Kecerdasan manusia Vs kecerdasan buatan

Menurut data dari World Economic Forum, sebanyak 25 persen pekerjaan akan mengalami automasi pada 2025 mendatang. Itu artinya, 85 juta pekerjaan potensial hilang.

Namun, masih menurut sumber yang sama, 65 persen anak-anak yang saat ini duduk di sekolah dasar, bakal mengampu pekerjaan yang saat ini belum ada.

Dari data tersebut di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa AI mungkin tidak benar-benar akan menggusur manusia dari pekerjaannya. Bisa jadi ini hanya "shifting", semacam pergeseran besar yang revolusioner.

Menyimpulkan pendapat pakar AI sekaligus penulis "AI Superpowers", Kai-Fu Lee, pekerjaan-pekerjaan yang repetitif tentu akan menjadi "korban" pertama automasi yang dilakukan oleh AI.

Sedangkan pekerjaan kompleks yang berkaitan dengan kreativitas dan hubungan antarmanusia, diprediksi akan menjadi "korban" AI paling akhir.

Meskipun, kehadiran AI Generatif seperti Midjourney yang mendisrupsi dunia seni visual belakangan ini, menjadi antitesis premis tersebut. Semua sektor industri harus siap menghadapi invasi robot-robot pintar ini.

Namun, pandangan muram seperti itu harus diimbangi semangat dan optimisme mengenai munculnya peluang berupa pekerjaan-pekerjaan baru yang mungkin muncul pada masa mendatang.

Terdekat dan sudah mulai dirasakan kebutuhannya adalah kreativitas jenis baru yang berkaitan dengan prompt, pekerjaan seperti prompt artist atau prompt engineer, kemungkinan akan menjadi mainstream masa mendatang.

Alih-alih menganggap AI dalam dikotomi mengancam - menguntungkan, ada baiknya mendudukkan AI secara objektif dengan mengamati fakta-fakta sebagai berikut:

1. AI hanya bekerja di wilayah praktikal

AI hanya mampu menghasilkan ‘karya’ di level praktikal, sedangkan secara konseptual dan wacana masih membutuhkan kehadiran manusia yang bergerak dalam dinamika sosial yang mustahil dipahami mesin.

2. AI tidak memiliki kesadaran

Sebaik apa pun 'karya' yang dihasilkan AI, mereka tidak memiliki kemampuan memaknai hasil 'karya' tersebut sebagaimana manusia menghayati proses berkarya.

Kemampuan kognitif yang diasosiasikan sebagai 'kesadaran' pada AI terbatas pada kemampuan sintaksis, sementara makna berada di wilayah semantik.

Ketiadaan ‘embodiment’ dalam 'karya' yang dihasilkan AI membuat apa pun yang diproduksi AI belum bisa dianggap sebagai bentuk 'kesadaran'. Setidaknya sampai teknologi membuktikan lain.

3. AI membutuhkan karya manusia untuk berkembang

AI dilatih menggunakan sejumlah besar data yang berasal dari Internet, termasuk situs web, buku, artikel, dan materi dari sumber-sumber yang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Internet Starlink Elon Musk Cocok di Daerah Terpencil yang Tak Terjangkau Fiber Optic

Internet Starlink Elon Musk Cocok di Daerah Terpencil yang Tak Terjangkau Fiber Optic

e-Business
Jokowi Prihatin Indonesia Hanya Punya 2 dari 320 'Supplier' Produk Apple

Jokowi Prihatin Indonesia Hanya Punya 2 dari 320 "Supplier" Produk Apple

e-Business
Mengenal Transsion, Perusahaan HP China Induk Infinix, Tecno, dan Itel

Mengenal Transsion, Perusahaan HP China Induk Infinix, Tecno, dan Itel

e-Business
Cara Mengatasi Background Google Meet Terbalik

Cara Mengatasi Background Google Meet Terbalik

Software
Cara Nonton Apple Event Nanti Malam Pukul 21.00 WIB, iPad Baru Dirilis?

Cara Nonton Apple Event Nanti Malam Pukul 21.00 WIB, iPad Baru Dirilis?

Gadget
Bos TikTok Tampil Glamor di Met Gala 2024, Jadi 'Tuan Rumah Kehormatan' di Tengah Ancaman Pemblokiran

Bos TikTok Tampil Glamor di Met Gala 2024, Jadi "Tuan Rumah Kehormatan" di Tengah Ancaman Pemblokiran

e-Business
Komparasi: Samsung Galaxy S24 Plus Vs Samsung Galaxy S24 Ultra

Komparasi: Samsung Galaxy S24 Plus Vs Samsung Galaxy S24 Ultra

Gadget
Blackview BL9000 Pro Meluncur, Ponsel Tangguh dengan Pendeteksi Panas Tubuh

Blackview BL9000 Pro Meluncur, Ponsel Tangguh dengan Pendeteksi Panas Tubuh

Gadget
Cara Login WhatsApp Tanpa Kode Verifikasi dengan Mudah dan Cepat

Cara Login WhatsApp Tanpa Kode Verifikasi dengan Mudah dan Cepat

Software
Bocoran Gadget Baru yang Rilis di Apple Event Nanti Malam, Ada iPad Pro?

Bocoran Gadget Baru yang Rilis di Apple Event Nanti Malam, Ada iPad Pro?

Gadget
Kena Tipu, Penjual Bitcoin Rugi Rp 1 Triliun

Kena Tipu, Penjual Bitcoin Rugi Rp 1 Triliun

Internet
Penjualan Lesu, Tesla Lakukan PHK Karyawan

Penjualan Lesu, Tesla Lakukan PHK Karyawan

e-Business
Good Lock, Aplikasi Eksklusif Smartphone Samsung Galaxy Tersedia di Play Store

Good Lock, Aplikasi Eksklusif Smartphone Samsung Galaxy Tersedia di Play Store

Software
Cerita Orang Bandung dan Jaksel Pakai Internet 'Starlink' Elon Musk, Kecepatan Tembus 300 Mbps

Cerita Orang Bandung dan Jaksel Pakai Internet "Starlink" Elon Musk, Kecepatan Tembus 300 Mbps

Internet
Jepang Pamer Perangkat 6G Pertama di Dunia, 20 Kali Lebih Ngebut dari 5G

Jepang Pamer Perangkat 6G Pertama di Dunia, 20 Kali Lebih Ngebut dari 5G

Internet
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com