Artinya, 'karya' AI tidak muncul dari ruang hampa, melainkan hadir dalam konteks dinamika peradaban manusia. Seumpama manusia berhenti menghasilkan karya, maka AI akan kehilangan sumber data utama tersebut.
Meskipun tetap ada kemungkinan AI dapat mengembangkan data baru yang 'kreatif', tetapi belum tentu memiliki nilai yang relevan dengan manusia dan kemanusiaan.
Teknologi (termasuk AI) seyogianya adalah alat untuk menyokong peradaban. Meskipun pada titik tertentu bisa sangat mengancam, manusia dengan akal budinya bisa berperan dengan membuat aturan-aturan dan menentukan batas-batasnya.
Elon Musk dan beberapa tokoh teknologi terkemuka dunia memang pernah mengingatkan bahaya AI yang setara bahkan melebihi nuklir.
Namun, tak sedikit juga yang turut merayakan kehadiran teknologi kecerdasan buatan ini. Sekarang, terserah kita mau meyakini yang mana?
Masa depan AI sering kali digambarkan dalam nuansa distopia yang suram. Imajinasi robot yang mencuri pekerjaan manusia sehingga menyebabkan pengangguran massal, ketakutan akan adanya kekuatan dominan seperti perusahaan dan pemerintah yang akan menggunakan teknologi AI untuk mengawasi dan mengontrol manusia, kerap kita dengar sebagai narasi mainstream. Tetapi benarkah demikian?
Menurut Kai-Fu Lee, salah satu tokoh pendukung AI, masa depan kita justru akan menjadi lebih baik berkat AI. Banyak kelemahan AI merupakan refleksi dari kesalahan kita sendiri, dan hal ini semestinya dapat dicegah.
AI memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Misalnya, di sektor kesehatan, AI dapat digunakan untuk melakukan diagnosis secara lebih cepat dan akurat, membantu penemuan obat baru, dan meningkatkan pelayanan dan perawatan bagi pasien.
Dalam bidang pendidikan, AI dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memfasilitasi akses pendidikan yang lebih luas.
Di sektor industri, AI dapat meningkatkan efisiensi produksi, mempercepat inovasi, dan memungkinkan pekerja manusia untuk fokus pada tugas yang lebih kreatif dan bermakna.
Namun, penting bagi kita untuk memastikan bahwa pengembangan dan implementasi AI dilakukan dengan pertimbangan etika dan regulasi yang baik.
Langkah-langkah perlu diambil untuk memastikan keamanan data pribadi dan menghindari bentuk penyalahgunaan kekuatan AI lainnya.
Regulasi yang ketat dan pengawasan yang efektif dapat membantu mencegah skenario distopia yang tidak diinginkan.
Selain itu, pemahaman yang lebih baik tentang AI dan peningkatan literasi teknologi di kalangan masyarakat secara keseluruhan juga penting.
Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat mengatasi ketakutan yang tidak beralasan dan mendorong adopsi yang bijak dan bertanggung jawab terhadap teknologi ini.
Pun critical thinking juga memainkan peran penting dalam mencegah penyalahgunaan AI dengan memungkinkan individu secara kritis mengevaluasi dan menilai informasi yang diproduksi oleh teknologi.
Dalam rangka mewujudkan masa depan yang lebih baik dengan AI, kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan juga krusial. Ini termasuk kerjasama antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengembangkan pedoman dan standar yang baik untuk penggunaan AI secara etis.
Pada akhirnya, kecerdasan manusia dan AI bukan mustahil hidup berdampingan dan tidak selalu harus didudukkan dalam posisi yang bertentangan.
AI memiliki potensi untuk memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia. Dengan pendekatan yang bijak, etis, dan kolaboratif, manusia dapat mencegah skenario distopia yang sering kali digambarkan dan mengarahkan penggunaan AI yang berkelanjutan, inklusif, dan bermanfaat bagi peradaban.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.