Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Microsoft: Skill AI Makin Dibutuhkan untuk Dapat Pekerjaan

Kompas.com - 12/06/2024, 14:30 WIB
Mikhaangelo Fabialdi Nurhapy,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Riset Microsoft dan platform jejaring sosial profesional LinkedIn menemukan bahwa keterampilan terhadap pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kian penting bagi para pelamar kerja.

Menurut riset bertajuk Work Trend Index 2024 itu diketahui bahwa 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.

Riset ini ini dilakukan melalui survei terhadap 31.000 orang di 31 negara termasuk Indonesia, mencakup tren ketenagakerjaan dan perekrutan di LinkedIn, serta pola produktivitas dari software Microsoft 365 (Word, Teams, Powerpoint, dll).

Dalam laporan bertajuk "AI at work is here, Now comes the hard part" (AI di tempat kerja telah hadir, sekarang bagian sulitnya), ditemukan bahwa sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.

Kemudian, sebanyak 76 persen pemimpin cenderung merekrut kandidat dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit tetapi andal menggunakan AI, ketimbang kandidat berpengalaman tanpa kemampuan AI.

Adapun keterampilan AI didefinisikan Rohit Kalsy selaku Indonesia Country Lead LinkedIn sebagai cara pengguna berkomunikasi, berkolaborasi, memprioritaskan, dan menginterpretasikan data dengan AI.

Baca juga: Riset Microsoft: 92 Persen Pekerja Kantoran Indonesia Pakai AI, Kalahkan Persentase Global

Keterampilan AI ini merujuk pada pekerjaan sehari-hari seseorang dan bagaimana seseorang itu menerapkan AI dalam pekerjaan.

Sementara itu, President Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, mengatakan bahwa keterampilan AI ini bisa berbeda-beda tergantung profesi, misalnya untuk tenaga kesehatan, jurnalis, tenaga operasional, dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, ada profesi yang menggunakan pembelajaran mesin (machine learning) untuk mempelajari data dan membuat prediksi terkait masa depan. Akan tetapi, ada juga yang tidak sepenuhnya memanfaatkan teknologi seperti itu.

Menurut Kalsy, tren perekrutan ini disebabkan oleh perkembangan ekosistem tenaga kerja yang cepat.

Dengan demikian, para pemimpin yang memprioritaskan fleksibilitas dan mengembangkan keterampilan tenaga kerja dengan AI, bakal mendapat keunggulan kompetitif.

"Hal ini menekankan urgensi dan pentingnya para profesional untuk fokus dalam meningkatkan kemampuan AI melalui pelatihan," ujar Kalsy dalam acara media roundtable yang digelar di Kantor Microsoft Indonesia, Sudirman Central Business District, Jakarta Selatan.

Indonesia melek AI

Dari kiri ke kanan: Ricky Haryadi, Go To Market Lead - AI at Work & AI in Cybersecurity (ASEAN) Microsoft; Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia; Karen Kusnadi, Communications Lead Microsoft Indonesia; Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead LinkedIn.KOMPAS.com/Mikhaangelo Fabialdi Nurhapy Dari kiri ke kanan: Ricky Haryadi, Go To Market Lead - AI at Work & AI in Cybersecurity (ASEAN) Microsoft; Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia; Karen Kusnadi, Communications Lead Microsoft Indonesia; Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead LinkedIn.
Laporan Microsoft dan LinkedIn juga menunjukkan bahwa pekerja kantoran (knowledge workers) di Indonesia sudah melek AI.

Sebanyak 92 persen knowledge workers di Tanah Air sudah menggunakan AI generatif (generative AI, alias AI yang bisa menghasilkan teks, gambar, dll) di tempat kerja. Angka tersebut lebih tinggi dibanding global (75 persen) dan Asia Pasifik (83 persen).

"Ini membuktikan level kreativitas dan rasa ingin tahu yang dimiliki talenta-talenta Indonesia atau knowledge workers sangat tinggi sekali. Angka ini secara global paling tinggi, di seluruh dunia yang menjadi nomor satu adalah Indonesia," kata Dharma kepada KompasTekno.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com