Maka tak heran, ketika Anda telah menonton salah satu dari beberapa video di YouTube, maka video yang serupa atau sama akan direkomendasikan secara terus menerus.
Baca juga: Koneksi Internet Terkencang Bisa Unduh Seluruh Isi Netflix dalam 1 Detik
Mempengaruhi psikologi
Selain menampilkan fakta dan argumen dari mantan petinggi perusahaan teknologi, film ini juga mengilustrasikan bagaimana media sosial bekerja untuk mempengaruhi dan mengubah sikap serta pola pikir penggunanya.
Tak bisa dipungkiri, media sosial saat ini diibaratkan seperti kendaraan untuk mengoptimalkan hubungan antar manusia dan berpotensi besar untuk menimbulkan kecanduan.
Menurut Justin Rosenstein, mantan Facebook Engineer, tanpa disadari bahwa kebanyakan orang menganggap komentar atau emoticon yang mereka terima dari pengguna lain merupakan sebuah "penghargaan".
Bentuk emoticon hati, likes (jempol) dan ekspresi lainnya dianggap sebagai "nilai" atau tolak ukur kebenaran.
Bagi kalangan remaja dengan kondisi psikologis yang masih sangat labil, tentunya hal seperti itu juga bisa berbalik.
Satu komentar negatif pada unggahan foto di media sosialnya justru akan membuat mereka menjadi insecure, lebih rentan cemas, dan cenderung mudah depresi.
Akibatnya, mereka juga merasa tertekan dan seolah dituntut untuk mengikuti standar "kesempurnaan" seperti yang ada di media sosial.
Baca juga: Netflix Vs Disney Plus, Mana yang Lebih Irit Kuota Data?
Pengguna adalah produk
The Social Dilemma menceritakan bahwa perusahaan media sosial memiliki tiga tujuan utama, yaitu untuk mendorong pengguna agar terus menggulirkan layar, mendapat pengguna baru, dan menghasilkan banyak uang melalui iklan.
Mereka juga merancang cara khusus agar penggunanya dapat terus terpaku selama berjam-jam di media sosial. Alasannya tak lain yaitu untuk meningkatkan engagement.
Dalam film ini, diperlihatkan bahwa perusahaan teknologi maupun media sosial justru menjual perhatian penggunanya kepada pengiklan.
Mantan Head of UX Mozilla Labs, Aza Raskin, mengatakan bahwa perhatian kita adalah produk yang dijual kepada pengiklan.
"Jika kau tidak membayar produknya, berarti kaulah produknya," kata Aza Raskin.