Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Valuasi Perusahaan Fintech Milik Jack Ma Anjlok

Kompas.com - 05/05/2021, 13:18 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Pemerintah China belakangan memperketat pengawasan terhadap perusahaan teknologi raksasa di dalam negerinya dengan aturan anti-monopoli baru. Perusahaan fintech milik miliarder Jack Ma, Ant Group Co., jadi salah satu perusahaan yang jadi target.

Bahkan, Regulator Keuangan China sampai memaksa perusahaan afiliasi Alibaba ini untuk merombak bisnisnya, pada akhir Desember 2020 lalu. Akibatnya, valuasi Ant Group harus anjlok.

Hal ini terungkap dari dokumen pengajuan peraturan yang disampaikan oleh manajer aset AS Fidelity Investments, yang juga merupakan salah satu investor besar di belakang Ant Group.

Dalam dokumen tersebut, Fidelity Investments menilai valuasi Ant Group turun hampir 50 persen, yakni di angka 144 miliar dollar AS (sekitar Rp 2.076 triliun) pada akhir Februari 2021.

Padahal pada Agustus 2020, valuasi perusahaan fintech milik Jack Ma itu masih bernilai 295 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 4.253 triliun.

Baca juga: Jack Ma Terancam Ditendang dari Perusahaan Miliknya Sendiri

Baik Ant Group maupun Fidelity Investments belum memberikan komentar terkait anjloknya valuasi perusahaan fintech milik Jack Ma tersebut, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Reuters, Rabu (5/5/2021).

IPO gagal, bisnis dirombak

Ilustrasi Alipay.SHUTTERSTOCK/TY Lim Ilustrasi Alipay.
Ant Group kini memang tengah mendapat tekanan dari pemerintah China. Tekanan ini berawal dari komentar pedas Jack Ma terhadap pemerintah China.

Orang terkaya kedua di China versi Bloomberg itu mengatakan sistem regulasi di China menghambat inovasi dan harus direformasi untuk mendorong pertumbuhan.

Pernyataan itu diucapkan Ma dalam sebuah acara di Shanghai 24 Oktober 2020 lalu yang dihadiri oleh regulator dan politisi China.

Pada November 2020, Ant Group dijadwalkan untuk melantai di bursa saham Shanghai pada November 2020.

Namun, rencana IPO yang digadang-gadang jadi yang terbesar di dunia dengan proyeksi nilai pengumpulan dana menembus kisaran 37 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 522 triliun itu kandas di tengah jalan.

Baca juga: Jack Ma Bukan Lagi Orang Terkaya di China

IPO dikabarkan ditangguhkan secara langsung oleh Presiden Xi. Alasannya tak lain karena perubahan peraturan oleh regulator China.

Spekulasi lain menyebutkan, penangguhan IPO ini dilatarbelakangi karena kritikan pedas yang dilontarkan Jack Ma terkait bank-bank China yang beroperasi seperti "rumah gadai".

Pengawasan diperketat

Tekanan yang dihadapi Ant Group tak sampai di situ. Setelah penangguhan IPO, China meningkatkan pengawasan terhadap Ant Group dan secara terang-terangan meminta perusahaan fintech tersebut untuk merombak bisnisnya.

Seperti diketahui, Ant Group memiliki AliPay, platform pembayaran online yang kemudian berekspansi memberikan layanan pinjaman online.

Bisnis pinjaman online AliPay ini berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi pendorong pendapatan terbesar Ant.

Pada paruh pertama tahun ini, bisnis pinjaman digital Ant Group menyumbang 39 persen dari 72,5 miliar Yuan, atau setara dengan 11,1 miliar dollar AS (sekitar Rp 156,9 triliun), dalam pendapatan, menurut prospektus IPO-nya.

Baca juga: Profil Jack Ma, Guru Gaptek Pendiri Raksasa E-Commerce Alibaba

Nah, bisnis pinjaman online inilah yang memantik masalah. Bank sentral China menilai skema pinjaman online di AliPay memberikan risiko yang lebih besar terhadap para pengguna AliPay.

Alhasil, Regulator Keuangan China memaksa Ant Group merombak bisnis AliPay dan memintanya untuk fokus pada bisnis di area pembayaran online saja. Akibat perombakan bisnis ini, penurunan valuasi Ant Group ini agaknya menjadi tak terhindarkan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com