Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Amazon, Toko Buku Online yang Berubah Jadi Raksasa Marketplace

Kompas.com - 05/05/2021, 20:21 WIB
Bill Clinten,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Sentuhan ini konon menandakan budaya kerja perusahaan tersebut, di mana Amazon rela memberikan pelayanan terbaiknya bagi konsumen di seluruh dunia supaya mereka bahagia.

Tidak ada zona nyaman buat karyawan

Amazon dikenal sebagai perusahaan yang memiliki budaya "keras" namun efektif. Bezos sebagai pemimpin dikenal tegas dan berani bicara blak-blakan kepada para karyawannya.

Ketika ada karyawannya yang melakukan sebuah kecerobohan, misalnya, pria berumur 57 tahun itu bisa saja mengatakan "Apa kamu malas atau memang tidak kompeten?" langsung di depan muka karyawannya.

Karakter semacam ini tentunya berpengaruh terhadap budaya dan aturan kerja di perusahaan tersebut yang dituntut keras sejak dulu, di mana tidak ada "zona nyaman" bagi seluruh karyawan.

Setiap dua tahun sekali, misalnya, seluruh karyawan Amazon, termasuk Bezos sendiri, memiliki kewajiban untuk bekerja di bagian customer service. Hal ini bertujuan supaya mereka tahu bagaimana proses layanan konsumen di perusahaan tersebut.

Baca juga: Amazon Digugat Mantan Karyawan gara-gara Waktu Istirahat

Contoh lain adalah ketika ada sesi rapat, di mana karyawan Amazon tidak menggunakan presentasi melalui modul PowerPoint (PPT).

Tiap rapat di perusahaan ini konon dimulai dengan sesi membaca materi yang bakal didiskusikan selama 30 menit. Setelah itu, para peserta rapat baru bisa berdiskusi secara kritis dan menyampaikan ide-ide kreatifnya.

Tidak hanya rapat, kerasnya budaya kerja di Amazon juga tercermin di jam kerjanya.

Pada libur Natal 1998 lalu, misalnya, seluruh karyawan Amazon harus lembur untuk melayani pembeli yang membeludak. Bahkan, banyak dari mereka yang mengajak kerabat dan keluarganya demi membantu memenuhi lonjakan permintaan.

ilustrasi Amazon officebusinessinsider.com ilustrasi Amazon office

Budaya kerja yang dicanangkan Bezos ini agaknya membuat para karyawannya terampil dan mempelajari nilai-nilai penting dalam jalannya sebuah bisnis di suatu perusahaan.

Beberapa dari mereka bahkan merintis perusahaan teknologi lain yang populer hingga kini, seperti Jason Kilar yang merintis platform streaming Hulu, hingga Charlie Cheever yang membuat situs tanya jawab populer Quora.

Kemudian ada situs web Findory.com yang dirintis oleh Greg Linden, Pro.com yang dibuat oleh Matt Williams, Foodista.com yang diciptakan oleh Barnaby Dorfman, dan beberapa layanan berbasis situs web lainnya yang digagas oleh mantan karyawan Amazon.

Ada pula salah satu e-commerce raksasa asal India, Flipkart yang juga dirintis oleh duo Sachin Bansal dan Binny Bansal yang dulunya merupakan mantan pegawai Amazon.

Masuk "the Big Five"

Ilustrasi logo TwitchDailyayonet Ilustrasi logo Twitch

Seiring waktu, Amazon makin meraksasa, termasuk dengan terus mengakuisisi banyak perusahaan lain di berbagai segmen.

Beberapa perusahaan yang dimiliki Amazon mencakup perusahaan fesyen Zappos, perusahaan grosir bahan pangan Whole Foods, perusahaan pembuat buku berbasis audio Audible, perusahaan robot Kiva Systems, dan lain sebagainya.

Platform kurator buku online Good Reads, serta platform streaming game populer Twitch, serta media The Washington Post juga kini berada di bawah naungan Amazon.

Baca juga: 15 Perusahaan Selain Amazon yang Dimiliki Jeff Bezos

Amazon juga memiliki saham 10 persen di North American eCommerce yang mencakup saham dari perusahaan-perusahaan ritel besar seperti Office Depot, Staples, Apple, Dell, hingga Walmart.

Sifat agresif Amazon, begitu juga Bezos di ranah bisnis, membuat Amazon terus berkembang. Kini, perusahaan tersebut menjadi salah satu dari lima perusahaan teknologi alias "the Big Five" yang berpengaruh di dunia, bersama Microsoft, Apple, Google, dan Facebook.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com