Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ChatGPT Terkenal, tapi Ternyata Jarang Dipakai

Kompas.com - 02/06/2024, 11:02 WIB
Ristiafif Naufal,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak pertama kali meluncur sebagai layanan berbasis web pada 2022, kecerdasan buatan (AI) generatif ChatGPT telah mendapatkan sorotan publik berkat kemampuannya dalam menjawab berbagai pertanyaan rumit dari pengguna.

Layanan-layanan AI generatif serupa kini sudah bayak bermuculan. Misalnya, Gemini buatan Google misalnya, chatbot Copilot milik Microsoft serta AI Grok kepunyaan pengusaha Elon Musk menjadi bukti bahwa teknologi AI sekarang semakin terkenal.

Akan tetapi, sebuah studi terbaru dari Institut Reuters di Universitas Oxford justru mengungkapkan bahwa chatbot bertenaga AI seperti ChatGPT, Copilot dan Gemini ternyata tidak sepopuler yang diperkirakan.

Studi yang bertujuan untuk memahami bagaimana seseorang menggunakan AI generatif ini, disebut melibatkan sekitar 12.217 responden dari berbagai negara, seperti Argentina, Denmark, Perancis, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

Baca juga: Mengenal Gemini AI Google yang Mirip ChatGPT dan Cara Menggunakannya

Adapun data studi tersebut dikumpulkan lewat kuesioner online yang disebarkan oleh YouGov, perusahaan riset dan analisis data internasional, antara 28 Maret dan 30 April 2024 di enam negara yang telah disebutkan di atas.

Hasilnya, dalam studi yang mengkaji pendapat dan penggunaan dari berbagai chatbot AI termasuk ChatGPT, Gemini, Copilot, Grok, dan My AI, ChatGPT muncul sebagai chatbot yang paling dikenal dengan sekitar 50 persen responden mengaku pernah mendengar AI tersebut.

Namun, sekitar 20 hingga 30 persen dari total sampel atau hampir satu per tiga dari total responden yang ada, disebut belum pernah sama sekali mendengar alat-alat AI yang paling populer yang ada saat ini.

“Meskipun dalam hampir dua tahun tersebut ada hiruk-pikuk, perbincangan kebijakan, dan liputan media yang luas (tentang AI)," kata para peneliti dalam studi yang dipublikasikan pada 28 Mei 2024 lalu.

Terkenal, tapi jarang dipakai

Studi itu juga mengungkap bahwa ChatGPT menjadi chatbot yang paling banyak digunakan, dengan tingkat pemakaian dua sampai tiga kali lebih banyak ketimbang chatbot lain yang ada di semua enam negara tersebut.

Meski begitu, pengguna ChatGPT tetap jarang. Dari para responden penelitian di Jepang, misalnya, hanya 1 persen yang mengaku rutin memakai chatbot AI tersebut setiap hari. Pengguna rutin ChatGPT lebih banyak di Perancis dan Inggris, sebesar 2 persen.

Pengguna aktif harian ChatGPT terbanyak ditemukan di Amerika Serikat, tapi jumlahnya masih relatif kecil dengan persentase hanya 7 persen. Dengan kata lain, meskipun populer, ChatGPT ternyata masih jarang digunakan, paling tidak di antara responden penelitian ini.

Baca juga: OpenAI Rilis Fitur Memory di ChatGPT, Bisa Ingat dan Kenali Pengguna

Kebanyakan responden yang menggunakan ChatGPT mengatakan bahwa mereka memanfaatkan AI itu untuk mengambil informasi, membuat konten, atau hanya sekadar bermain-main saja dengan kemampuan yang dimiliki.

Di seluruh negara yang diteliti, kecuali Argentina, responden pun cenderung lebih sering menggunakan AI generatif dalam kehidupan pribadi mereka daripada di tempat kerja atau sekolah.

Studi Institut Reuters mengatakan penggunaan AI di kalangan prosesional berpotensi semakin meningkat dan merambah ke kehidupan pribadi masyarakat. Namun, hal ini bergantung pada para pembuat layanan AI.

“Jika vendor produk AI berhasil meyakinkan banyak perusahaan dan organisasi tentang efisiensi besar dan peluang baru yang ditawarkannya," tulis studi tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com