Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Baru di Eropa dan Amerika, Ganti Smartpone dengan "HP Bodoh"

Kompas.com - 15/06/2024, 08:02 WIB
Caroline Saskia,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber GizChina

KOMPAS.com - Peralihan penggunaan smartphone ke dumb phone, alias “HP bodoh” sedang menjadi tren di kalangan pengguna Eropa dan Amerika Serikat (AS). Tren ini bukan hanya ramai di kalangan anak muda saja, melainkan para orangtua, hingga anak usia dini.

Seperti namanya, dumb phone punya fungsi dan cara kerja yang berbeda dengan smartphone pada umumnya.

Ponsel ini hanya dapat digunakan untuk melakukan panggilan suara, menerima pesan teks, dan melihat peta. Fitur-fitur yang tersedia sangat terbatas, penggunanya tidak bisa browsing atau pun bermain media sosial.

Dumb phone juga berbeda dengan feature phone, yang sempat jadi tren juga dikalangan Generasi-Z di AS beberapa waktu lalu.

Baca juga: Lagi Tren di Amerika, Gen-Z Ramai-ramai Tinggalkan Smartphone dan Ganti ke Ponsel Fitur

Ponsel fitur masih memungkinkan penggunanya mengakses internet, browsing, hingga buka media sosial. Sementara itu, dumb phone tidak memiliki akses untuk browsing sama sekali.

Ilustrasi dumb phoneThe Light Phone Inc. Ilustrasi dumb phone

Karakteristik dari dumb phone inilah yang memengaruhi kemunculan tren di Eropa dan Amerika Serikat. Sebagian besar pengguna yang khawatir soal dampak buruk dari penggunaan smartphone pun menyiasatinya dengan beralih ke ponsel “bodoh”

Dibanding smartphone, pengguna dumb phone lebih punya kendali untuk membatasi waktu layar (screen time) mereka, meminimalisasi terjadinya kecanduan media sosial, hingga mengatur kebiasaan yang lebih sehat ketika mengakses perangkat digital.

Dampak terhadap kesehatan mental

Ilustrasi anak-anak pakai smartphone Ilustrasi anak-anak pakai smartphone

Sebagaimana dikutip KompasTekno dari Giz China, Sabtu (15/6/2024), sejumlah studi membuktikan bahwa tingginya tingkat seseorang terpapar smartphone memiliki korelasi dengan masalah kesehatan mental. Mulai dari depresi, kecemasan, hingga stres.

Sebab, penggunaan sosial media kerap menampilkan notifikasi yang tidak henti sehingga menciptakan tekanan baru untuk selalu terkoneksi dengan internet.

Perasaan-perasaan seperti inilah yang dapat menimbulkan rasa kewalahan, lalu memicu kecemasan di kalangan pengguna muda.

Kecemasan ini pun sejalan dengan fenomena FOMO (Fear of Missing Out), yakni takut ketinggalan informasi, tren, atau topik yang sedang ramai dibicarakan di media sosial.

Dampak buruk dari media sosial juga sudah dibuktikan lewat penelitian yang sudah dilakukan oleh Harvard University.

Dalam temuannya, otak seseorang yang menggunakan media sosial memiliki area respons yang serupa terhadap zat adiktif.

Temuan ini setidaknya membuktikan bahwa bermain media sosial berpotensi menciptakan rasa adiksi atau kecanduan. Maka dari itu, tren peralihan dari smartphone ke dumb phone cukup diminati.

Baca juga: Demi Kesehatan Mental, Apple Rilis Deretan Fitur Anyar

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com