Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER TEKNO] Musuh Asli WhatsApp, FIFA 21 Terlarang, dan Monyet Main Game

Kompas.com - 06/02/2021, 12:06 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Soal apa lagi?

Gini, kalau kamu pemain game profesional alias pro-player pasti pengen banget dong bisa ikut kompetisi besar. 

Tapi, impian itu tampaknya harus dikubur sementara waktu oleh Anders Vejrgang yang dilarang ikut FIFA 21 Global Series.

Siapa dia?

Anders Vejrgang adalah pemain profesional di game sepak bola FIFA 21 asal Denmark yang tergabung dalam tim e-sports profesional RB Leipzig. Usianya baru menginjak 14 tahun.

Nah, usia itu yang -katanya sih- jadi ganjalan. Soalnya, sesuai aturan dari Electronics Arts (EA) selaku pengembang FIFA, peserta setidaknya harus berusia 16 tahun. Vejrgang belum bisa ikut bertanding karena alasan itu walaupun skill-nya tingkat dewa.

Sejago apa sih?

Saking jagonya nih, Vejrgang terkenal banget di FIFA 21, termasuk di Twitch. Bahkan, dalam kurang lebih 450 pertandingan di ajang Weekend League (online), dia disebut enggak pernah kalah sekalipun.

Dia juga ngaku sering menang di kompetisi skala lokal dan mengalahkan pro-player lain di FIFA 21.

Ngomong-ngomong, kenapa harus 16 tahun, ya?

Itu dia. Pihak EA juga enggak jelasin kenapa harus 16 tahun. Konon sih, terkait dengan masalah psikologi pemain yang "belum siap".

Soalnya, menurut beberapa laporan, turnamen e-sports ini memang tekanannya luar biasa berat. Apalagi yang skalanya internasional, pemain harus pindah dari satu negara ke negara lain. Hal itu pasti mempengaruhi fisik pemainnya.

Vejrgang juga protes, kenapa harus 16 tahun dan membandingkan dengan game kelas internasional lain yakni Fortnite World Cup. Kalau Fortnite, cuma mensyaratkan pesertanya minimal berusia 13 tahun.

Well, semoga di turnamen selanjutnya dia bisa ikut. Sekarang mari kita WhatsApp-an.

Baca juga: Bocah 14 Tahun Ini Dilarang Ikut Turnamen FIFA 21, Terlalu Jago?

Mau WhatsApp-an ama siapa nih?

Maksudnya bukan kirim pesan WhatsApp, tapi, kali ini kita "nggosipin" aplikasi warna hijau ini.

Tahu enggak kalau WhatsApp sekarang lagi ketar-ketir, takut kalah saing? Tapi, pesaingnya bukan Telegram atau Signal yang lagi hype banget akhir-akhir ini.

Justru, Mark Zuckerberg --bos besar Facebook dan segala macam anak perusahaannya termasuk WhatsApp- bilang kalau pesaing berat WhatsApp adalah Apple.

Baca juga: Pesaing Berat WhatsApp Bukan Telegram atau Signal, Menurut Zuckerberg

Lah, kok bisa?

Iya sih, fokus bisnis Facebok dan Apple kan beda. Facebook lebih ke jejaring sosial, sementara Apple lebih ke komputer dan gadget seperti iPhone atau Mac.

Jadi, Zuck -panggilan kerennya- takut WhatsApp kalah saing sama iMessage. Soalnya, iMessage lebih disukai orang AS ketimbang WhatsApp.

Wajar sih, karena pengguna perangkat Apple di AS juga banyak. iPhone aja nih, kata CEO Apple, Tim Cook, pengguna aktifnya ada satu miliar sedunia sekarang. Wow.

Di iPhone juga sudah terpasang iMessage, jadi, enggak perlu repot-repot download dan instal WhatsApp.

Baca juga: Membandingkan Keamanan WhatsApp dan iMessage yang Ditakuti Zuckerberg

Itu aja alasannya?

Ada lagi. Zuckerberg sebenernya semakin cemas sama kebijakan privasi baru Apple di iOS 14. iOS 14 punya fitur bernama App Tracking Transparency atau fitur anti-pelacakan iklan.

Gara-gara fitur ini, semua pengembang aplikasi kudu izin pengguna iPhone dan iPad buat melacak aktivitas mereka, termasuk aktivitas pengguna untuk tujuan periklanan.

Nah lo, Facebook jadi makin sulit kan buat menyalurkan iklan. Padahal seperti yang kita semua tahu, bisnis iklan jadi tulang punggung utama Facebook selama ini.

Baca juga: Mengenal iMessage, Aplikasi Chat dari Apple yang Dianggap Pesaing Berat WhatsApp

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com