Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telegram Genap Berusia 8 Tahun, Apa Saja Pencapaiannya?

Kompas.com - 16/08/2021, 17:02 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aplikasi pesan instan Telegram genap berusia delapan tahun. CEO Telegram, Pavel Durov merayakan pencapaian perusahaannya sejak muncul pertama kali di App Store sewindu lalu.

Melalui kanal Telegram resminya, di hari ulang tahun ke-8 Telegram tanggal 14 Agustus 2021, Durov mengatakan bahwa Telegram menduduki posisi ketujuh sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh pada tahun 2020.

"Ini bukanlah hal yang mengejutkan, dalam beberapa tahun terakhir, Telegram menjadi aplikasi perpesanan yang paling kaya fitur dan ramah pengguna," klaim Durov tanpa menyebut sumber laporan.

Baca juga: Video Call Grup Telegram Kini Bisa Ditonton hingga 1.000 Orang

Kemungkinan besar sumber laporan yang disampaikan Durov berasal dari perusahaan riset aplikasi mobile asal Amerika Serikat, App Annie. Pekan lalu, App Annie mempublikasikan laporan 10 aplikasi yang paling banyak diunduh di dunia tahun 2020.

Telegram, naik satu tingkat dari posisi delapan di tahun 2019. Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Nikkei Asia yang merangkum laporan App Annie, Senin (16/8/2021), pertumbuhan Telegram turut didukung oleh isu privasi yang kian mendapat perhatian.

Selain itu, penggunaan media sosial yang didorong oleh situasi pandemi Covid-19, turut mendongkrak posisi Telegram. Telegram masih jauh dari posisi TikTok yang menduduki peringkat pertama, setelah berhasil menggeser posisi Facebook Messenger tahun 2019.

Daftar 10 aplikasi yang paling banyak diunduh secara global pada 2020, menurut App Annie.Nikkei Asia Daftar 10 aplikasi yang paling banyak diunduh secara global pada 2020, menurut App Annie.

Tidak dirinci lebih lanjut berapa total unduhan yang didapat masing-masing aplikasi. Bulan Januari lalu, Telegram sesumbar jumlah pengguna aktif bulanannya sudah mencapai 500 juta.

Bahkan, pengguna Telegram sempat bertambah 25 juta dalam 72 jam. Pertumbuhan jumlah pengguna yang signifikan itu tak lepas dari isu kebijakan privasi baru WhatsApp yang kontroversial awal tahun 2021 lalu.

Setelah kebijakan baru WhatsApp ramai diperdebatkan, beberapa aplikasi perpesanan seperti Signal dan Telegram menjadi lirikan bagi mereka yang ingin hijrah dari WhatsApp.

Baca juga: WhatsApp Menurun, Telegram dan Signal Meroket

Durov menambahkan, Telegram akan terus berupaya menambahkan fitur baru untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

"Setiap fitur baru yang kami tambahkan, membuat saya berpikir peningkatan baru yang belum kami terapkan. Ini ibarat mencapai puncak gunung hanya untuk mencapai ketinggian yang lebih tinggi untuk didaki dari sudut pandang baru," kata pria kelahiran Rusia itu.

Pertumbuhan pengguna konsisten

Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan pengguna aktif bulanan Telegram konsisten bertambah rata-rata 100 juta tiap tahunnya. Pada tahun 2018, Telegram mengumumkan memiliki 200 juta pengguna aktif bulanan.

Kemudian tahun 2019, jumlahnya naik menjadi 300 juta pengguna aktif bulanan. Begitu pula di tahun 2020 dan 2021 yang konsisten tumbuh, dari 400 juta menjadi 500 juta pengguna aktif bulanan.

Telegram pertama muncul di toko aplikasi iOS, App Store pada 14 Agustus 2013. Kemudian menyusul di Google Play Store pada Oktober 2013. Telegram mulanya dikembangkan di Rusia, namun markasnya sering berpindah dan kini berada di Jerman.

Baca juga: Cara Menyembunyikan Nomor Telepon di Telegram

Seperti WhatsApp, Telegram juga dilindungi sistem keamanan enkripsi. Tapi enkripsi yang diterapkan berbeda dari WhatsApp yang menggunakan enkripsi dari ujung ke ujung (end-to-end encryption) secara default.

Artinya, sistem itu terpasang secara otomatis sejak pertama kali pengguna log in WhatsApp.
Sedangkan sistem enkripsi Telegram tidak aktif secara default. Enkripsi hanya akan aktif jika chat dikirim dan diterima lewat fitur Secret Chat atau Chat Rahasia saja.

Pesan yang dikirim dan diterima di Secret Chat hanya bisa dibaca oleh perangkat yang juga digunakan untuk mengirim pesan. Artinya, jika pengguna pindah ke perangkat lain meskipun menggunakan akun yang sama, isi chat tetap tidak bisa dibaca.

Pernah diblokir di Indonesia

CEO Telegram Pavel Durov bertemu Menkominfo Rudiantara, Selasa (1/8/2017) siang@rudiantara_id CEO Telegram Pavel Durov bertemu Menkominfo Rudiantara, Selasa (1/8/2017) siang

Di Indonesia, Telegram sempat diblokir selama sebulan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) pada Juli 2017. Durov bertandang ke Jakarta untuk membahas soal pemblokiran bersama Rudiantara, Menkominfo saat itu.

Baca juga: Cara Menambahkan Kontak di Telegram Tanpa Nomor Telepon

Saat memblokir Telegram, pemerintah Indonesia beralasan banyak kanal bermuatan propaganda radikalisme, terorisme, paham kebencian, ajakan atau cara merakit bom, dan informasi lain yang berrtentangan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Setelah proses diskusi bersama pemerintah, Telegram akhirnya menuruti permintaan untuk menghapus kanal-kanal yang dinilai melanggar aturan perundang-undangan di Tanah Air. Per 1 Agustus 2017, blokir Telegram di Indonesia resmi dicabut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com