Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intel soal Metaverse: Teknologi Saat Ini Belum Mampu Mewujudkannya

Kompas.com - 17/12/2021, 14:05 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Setelah Facebook dan Microsoft, kini giliran perusahaan semikonduktor raksasa Intel yang akhirnya membagikan visi perusahaan terkait metaverse.

Dalam sebuah postingan di laman resmi Intel, SVP dan General Manager of the Accelerated Computing Systems and Graphics Group Intel, Raja Koduri mengatakan bahwa metaverse kemungkinan besar bakal menjadi masa depan komputasi, setelah world wide web (WWW) dan mobile.

Namun, teknologi yang ada saat ini masih belum mampu untuk mewujudkan visi dari metaverse itu sendiri. Menurut Koduri, untuk mewujudkan metaverse dibutuhkan peningkatan efisiensi komputasi hingga 1.000 kali lipat dari teknologi yang sudah ada saat ini.

Baca juga: Akuisisi RTFKT, Nike Siap Jual Sneakers Virtual di Metaverse

Koduri mengungkapkan, metaverse saat ini dipahami sebagai sebuah konsep dunia virtual dan augmented reality (realitas ganda) yang kaya, real-time, dan saling terhubung secara global yang akan memungkinkan miliaran orang untuk bekerja, bermain, berkolaborasi dan bersosialisasi dengan cara yang benar-benar baru.

Ilustrasi Facebook Horizon Workrooms yang menyediakan ruang pertemuan virtual yang dapat digunakan sebagai sarana tatap muka secara online. Aplikasi ini dioperasikan melalui headset VR Oculus Quest 2 buatan Facebook.Facebook Ilustrasi Facebook Horizon Workrooms yang menyediakan ruang pertemuan virtual yang dapat digunakan sebagai sarana tatap muka secara online. Aplikasi ini dioperasikan melalui headset VR Oculus Quest 2 buatan Facebook.
Di metaverse, setiap orang akan direpresentasikan dengan avatar lengkap dengan detail pakaian, warna rambut, warna kulit, dan aksesori yang realistis. Avatar sendiri merupakan representasi grafis dari pengguna, atau sederhananya, wujud virtual dari pengguna.

Semua hal itu bakal ditampilkan secara real-time berdasarkan data sensor yang menangkap objek 3D dunia nyata, gerakan, audio, dan banyak lagi. Data sensor itu terpasanng di beberapa perangkat, seperti headset Virtual Reality (VR) dan sarung tangan haptic.

Baca juga: Ramalan Bill Gates, Meeting Online Bakal Digelar di Metaverse

Butuh komputasi sangat besar untuk wujudkan metaverse

Untuk menampilkan itu semua di metaverse, kata Koduri, dibutuhkan transfer data bandwidth super tinggi, latensi sangat rendah, dan model dunia virtual yang bersinambung, berisi elemen nyata serta simulasi.

"Dalam skenario ratusan juta pengguna hadir secara bersamaan di metaverse, Anda akan segera menyadari bahwa infrastruktur komputasi, penyimpanan, dan jaringan kami saat ini tidak cukup untuk mewujudkan visi tersebut," kata Koduri.

Ia mengatakan, untuk mewujudkan metaverse, seluruh saluran internet akan membutuhkan peningkatan besar, termasuk bagi produk-produk Intel sendiri.

"Untuk menghadirkan kemampuan komputasi yang benar-benar persisten dan imersif di metaverse, dalam skala besar dan dapat diakses oleh miliaran manusia secara real-time, dibutuhkan peningkatan efisiensi komputasi hingga 1.000 kali lipat dari yang ada saat ini," kata Koduri.

Baca juga: Nike dan Dyson Mulai Masuk Dunia Virtual Metaverse

Masalahnya, peningkatan hingga 1.000 kali lipat itu tidak bisa dicapai hanya melalui hardware saja.

Sebab, menurut Koduri, berdasarkan Hukum Moore, kapasitas komputasi pada hardware hanya akan meningkat delapan atau 10 kali lipat dalam lima tahun mendatang.

Peningkatan itu masih sangat jauh dari kemampuan komputasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan metaverse yang bisa diakses oleh miliaran manusia secara langsung.

Hukum Moore atau Moore’s Law merupakan acuan di industri semukonduktor yang menyebutkan bahwa jumlah transistor di dalam integrated circuit (inti chip) bakal berlipat ganda setiap dua tahun.

Transistor sendiri adalah blok-blok kecil di dalam produk semikonduktor yang bertugas untuk mentenagai dan menopang kinerja produk tersebut. Artinya, secara teori, jika jumlah trasistor yang disertakan di dalam produk semikonduktor semakin banyak, maka performa produk itu juga akan semakin mumpuni.

Selain hardware, Koduri secara optimis memperkirakan bahwa algoritma dan peningkatan software akan membantu meningkatkan daya komputasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan metaverse.

Baca juga: Facebook Ingin Kembangkan Metaverse, Apa Itu?

Tiga fokus Intel untuk metaverse

ilustrasi MetaverseDigital Trends ilustrasi Metaverse
Koduri mengatakan, Intel berkomitmen untuk mengembangkan internet masa depan (metaverse, misalnya) dengan memanfaatkan dan meningkatkan standar industri yang ada, serta menciptakan teknologi yang baru.

Untuk saat ini, menurut Koduri, Intel sudah mulai mengerjakan teknologi yang mampu mendukung metaverse, yakni dapat dikategorikan dalam tiga aspek.

Aspek pertama adalah Meta intelligence. Pada aspek ini, Intel berfokus mengembangkan model pemrograman terpadu dan alat pengembangan software dan library open-source untuk memungkinkan developer menyebarkan aplikasi kompleks dengan lebih mudah.

Aspek kedua adalah Meta Ops. Aspek ini menggambarkan infrastruktur yang menyediakan kemampuan komputasi kepada pengguna.

"Terakhir ada aspek Meta compute sebagai horsepower (tenaga kuda) yang diperlukan untuk memberi daya pada pengalaman metaverse ini," kata Koduri.

Baca juga: Intel Pamer Headset VR Tanpa Kabel

Koduri merinci, produk-produk Intel yang ada saat ini sudah bergerak menuju ke metaverse. Misalnya, dengan prosesor Intel core, Interl dapat mendukung pengalaman bermain game, menggunakan VR/AR, dan animasi realistis dalam film.

Di bidang cloud (komputasi awan) dan pusat data, Intel punya prosesor Intel Xeon yang didesain untuk mengoptimalkan latensi transaksi minimal dan throughput maksimum.

"Ada pula prosesor Intel Edge yang dapat diprogram di lapangan, dan solusi 5G menjembatani kesenjangan cloud-to-edge, yang akan sangat penting untuk kebutuhan komputasi metaverse yang terdistribusi dan masif," kata Koduri.

Di samping itu, pada 2022 mendatang, Intel juga memiliki arsitektur pengolah grafis (GPU) Ponte Vechhio yang merupakan turunan dari arsitektur grafis Xe.

Baca juga: Iris Xe, GPU Diskrit Pertama Intel untuk Desktop Resmi Meluncur

Prosesor ini ditujukan untuk pemakaian di data center untuk tugas-tugas terkait kecerdasan buatan (AI) dan high-performance computing (HPC).

Selain itu, karena keluarga Xe yang turut mencakup arsitektur GPU gaming, Ponte Vecchio dapat mempercepat komputasi dan visualisasi berkinerja tinggi, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Verge, Jumat (17/12/2021).

"Kami juga memiliki roadmap multigenerasi XPU berkinerja tinggi dari klien melalui edge ke cloud yang menggerakkan kami menuju komputasi zettascale (1 zettabyte= 8,7 triliun gigabyte) dalam lima tahun ke depan," kata Koduri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com